1.
TEORI
KEPERAWATAN HILDEGARD E.PEPLAU
OTOBIOGRAFI
Hildegard
E. Peplau, PhD, RN, FAAN, yang dikenal sebagai “jiwa ibu menyusui,” meninggal
di usia 89 tahun pada tanggal 17 Maret 1999. The only nurse to serve the ANA as
executive director and later as president, she served two terms on the Board of
the International Council of Nurses (ICN). Satu-satunya perawat untuk melayani
ANA sebagai direktur eksekutif dan kemudian sebagai presiden, ia menjabat dua
istilah di Dewan International Council of Nurses (ICN). In 1997, she received
nursing’s highest honor, the Christiane Reimann Prize, at the ICN Quadrennial
Congress.
Pada
tahun 1997, ia menerima kehormatan tertinggi keperawatan, yang Christiane
Reimann Prize, pada Kongres ICN yg berlangsung empat tahun. In 1996, the
American Academy of Nursing honored Peplau as a “Living Legend,” and, in 1998,
the ANA inducted her into its Hall of Fame. (Extract from the “Peplau leaves
legacy of achievement” article below – Nursing World May 1999) Pada tahun 1996,
American Academy of Nursing Peplau dihormati sebagai “Legenda Hidup”, dan, pada
tahun 1998, ANA dilantik-nya ke dalam Hall of Fame. (Kutipan dari “warisan daun
Peplau prestasi” artikel di bawah ini – Keperawatan Dunia Mei 1999 )
Hildegard
Peplau’s fifty-year career in nursing left an indelible stamp on the profession
of nursing, and on the lives of the mentally ill in the United States.
Hildegard Peplau lima puluh tahun karirnya di panti kiri cap yang tak
terhapuskan pada profesi keperawatan, dan pada kehidupan para sakit jiwa di
Amerika Serikat. She wore many hats – founder of modern psychiatric nursing,
innovative educator, advocate for the mentally ill, proponent of advanced
education for nurses, Executive Director and then President of the American
Nurses Association, and prolific author. Dia mengenakan banyak topi – pendiri
keperawatan jiwa modern, inovatif pendidik, advokat bagi penderita penyakit
mental, pendukung pendidikan lanjutan untuk perawat, Direktur Eksekutif dan
kemudian Presiden American Nurses Association, dan penulis produktif. Her life
was often marked with controversy, which she faced with courage and
determination. Hidupnya sering ditandai dengan kontroversi, yang dia dihadapkan
dengan keberanian dan tekad.
MODEL
KEPERAWATAN
Model
Konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat,
masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses
interpersonal.
1. Klien.
Sistem
dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan belajar pengalaman. Klien adalah subjek yang langsung
dipengaruhi. .Oleh adanya proses interpersonal
2. Perawat
Perawat
berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang
bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan.
Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai mitra
kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai
dengan fase proses interpersonal. Pendidikan atau pematangan tujuan yang
dimaksud untuk meningkatkan gerakan yang progresif dan kepribadian seseorang
dalam berkreasi, membangun, menghasilkan pribadi dan cara hidup
bermasyarakat.
Perawat mempunyai 6 peran
sebagai berikut :
a. Mitra
kerja, berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada pasien. Perawat menghadapi
klien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi baru. Sebagai mitra kerja,
Hubungan P-K merupakan hubungan yang memerlukan kerha sama yang harmonis atas
dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya, saling mengasihi dan
menghargai.
b.
Nara sumber (resources person) memberikan jawaban
yang spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah yang lebih luas dan
selanjutnya mengarah pada area permasalahan yang memerlukan bantuan. perawat
mampu memberikan informasi yang akurat, jelas dan rasional kepada klien dalam
suasana bersahabat dan akrab.
c.
Pendidik (teacher) merupakan kombinasi dari semua
peran yang lain. Perawat harus berupaya memberikan pendidikan, pelatihan, dan
bimbingan pada klien/keluarga terutama dalam megatasi masalah kesehatan.
d.
Kepemimpinan (leadership) mengembangkan hubungan
yang demokratis sehingga merangsang individu untuk berperan. Perawat harus
mampu memimpin klien/keluarga untuk memecahkan masalah kesehatan melalui proses
kerja sama dan partisipasi aktif klien.
e.
Perngasuh pengganti (surrogate) membantu individu
belajar tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat mengatasi konflik
interpersonal. Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan
sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna membantu memenuhi
kebutuhannya.
f. Konselor
(consellor) meninhgkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu
kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif. Perawat harus dapat
memberikan bimbingan terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan
mudah dilakukan.
3. Sumber
kesulitan
Ansietas
berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman interpersonal
yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang
lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam model peplau
ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung
dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasanya tingkat ansietas meningkat.
Oleh karena itu perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas klien.
Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa kondisi klien semakin membaik.
4. Proses
Interpersonal
Dalam
ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi
secara simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan lainnya,
biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan klien ini
menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas klien oleh perawat yang
terdiri dari 4 fase yaitu:
a. Fase orientasi
Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari
ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan
serta secara efektif dalam pemberian askep pada klien. Tahap ini ditandai
dimana perawat melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi
pengumpulan data.
b.
Fase identifikasi
Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi
perilaku pasien dan memberikan asuhan keperawatan yang tanpa penolakan diri
perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk
mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan
kepribadian pasien. Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa :
a. Pasrtisipan
mandiri dalam hubungannya dengan perawat.
b. Individu
mandiri terpisah dari perawat.
c. Individu
yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat
c.
Fase eksplorasi
Memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat
merasakan nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase
ini merupakan inti hubungan dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat
membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang
terlibat didalamnya.
d. Fase
resolusi
Secara bertahap pasien melepaskan diri dari
perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kea rah realisasi potensi.
Keempat
fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana perawat membimbing
pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling
tergantung dalam lingkungan sosial. Artinya seorang perawat berusaha mendorong
kemandirian pasien.
Pemaparan
ini menunjukkan bahwa teori Hildegard E. Peplau(1952) berfokus pada individu,
perawat dan proses interaktif yang menghasilkan hubungan antara perawat dan
klien. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan,
dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Artinya suatu hasil
proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau
tetap sehat (hubungan antar manusia). Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik
klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan perkembangan
kepribadian. Oleh sebab itu, perawat berupaya mengembangkan hubungan perawat
dan klien melalui peran yang diembannya (nara sumber, konselor, dan wali).
Adapun
kerangka kerja praktik dari teori Peplau memaparkan bahwa keperawatan adalah
proses yang penting, terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan berpartisipasi
dalam menyusun struktur system asuhan kesehatan untuk menfasilitasi kondisi
yang alami dari kecenderungan manusia untuk mengembangkan hubungan
interpersonal.
Implementasi
Teori Peplau Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk
keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai
perawat jiwa, melalui tulisannya ia kemudian mempublikasikan teorinya mengenai
hubungan interpersonal dalam keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan
keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat terapeutik.
Aplikasi
yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari bantuan,
pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang
tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-sama
mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan
ini klien mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan
kecemasan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya.
Teori
peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat klien
membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubugan interpersonal yang
efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan dasar telah
diatasi, kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan interpesonal perawat
klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti berikut
ini orientasi, identifikasi, penjelasan dan resolusi
Teori dan
gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa.
Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument perilaku, dan
instrument untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model konseptual
Peplau.
KESIMPULAN
Teori
Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif
(Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres,
1986). Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan,
dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan
adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan unutuk membantu klien mencapai
kemantapan pengembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs, 1995). Teori dan gagasan
Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh
sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dank lien
dimana perawat bertugas sebagai nara sumber, konselor, dan wali.
Seperti yang kita ketahui
bahwa manusia dipandang sebagai sistem holistik yang terdiri dari
bio-psiko-sosial-spiritual. Pada teori Peplau ini mempunyai kelemahan yaitu
lebih menitikberatkan pada keperawatan jiwa, hal ini dapat dibuktikan pada
gagasan Peplau yang dikembangkan pada pemantapan pengembangan kepribadian
2.
TEORI
KEPERAWATAN JEAN WATSON
OTOBIOGRAFI
Jean
Watson, PhD, RN, AHN-SM, FAAN
Distinguished
Profesor Keperawatan, Ketua Diberkahi Murchinson-Scoville di Ilmu Merawat University
of Colorado Pusat Ilmu Kesehatan
Lahir:
Tahun 1940 - Belfast, Irlandia
Dr Jean
Watson adalah Para Profesor dari Perawatan dan memegang Ketua diberkahi dalam
Merawat Science di University of Colorado Health Sciences Center. Dia adalah
pendiri dari Pusat asli untuk Merawat Manusia di Colorado dan merupakan anggota
dari American Academy of Nursing. Dia sebelumnya menjabat sebagai Dekan
Keperawatan di University Health Sciences Center dan merupakan Presiden lalu
dari Liga Nasional untuk Keperawatan.
Dr Watson
telah menerima gelar sarjana dan pascasarjana dalam merawat kesehatan
keperawatan dan psikiatris-mental dan memegang gelar PhD-nya dalam psikologi
pendidikan dan konseling. Dia adalah seorang penulis dipublikasikan secara luas
dan penerima beberapa penghargaan dan kehormatan, termasuk Fellowship Kellog
internasional di Australia, Fulbright Award Penelitian di Swedia dan enam (6)
Gelar Doktor Kehormatan, termasuk 3 International Kehormatan Doctorates
(Swedia, Inggris, Quebec, Kanada).
Dia telah
Distinguished Dosen dan Diberkahi Dosen di universitas-universitas di seluruh
Amerika Serikat dan negara-negara asing. pengalaman internasional-nya menyusui
membawanya di seluruh dunia beberapa kali. Sementara Direktur Center for Human
Merawat ia mendirikan hubungan internasional dengan kolega dan sistem di
beberapa negara, termasuk Inggris, Kanada, Selandia Baru, Australia,
Skandinavia, Brasil, Thailand, Venezuela, Jepang, dan Korea, antara lain.
Perawat
klinis dan program akademik di seluruh dunia menggunakan karya-karyanya
diterbitkan pada filsafat dan teori tentang kepedulian manusia dan seni dan
ilmu caring dalam keperawatan. filsafat peduli Dr Watson digunakan untuk
memandu model baru peduli dan praktek penyembuhan dalam pengaturan beragam di
seluruh dunia. Watson telah ditampilkan dalam video nasional berbagai teori
keperawatan dan seni keperawatan. Dia adalah penerima tahun 1993 Liga Nasional
untuk Penghargaan Keperawatan Martha E. Rogers, "mengakui seorang sarjana
perawat yang telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengetahuan
keperawatan bahwa kemajuan ilmu kepedulian dalam ilmu keperawatan dan
kesehatan". New York University diakui sebagai seorang Perawat Distinguished
Scholar. Pada tahun 1999, Institut Fetzer menghormati dia dengan Award Norman
Cousins nasional sebagai pengakuan atas komitmennya
untuk mengembangkan, mempertahankan dan mencontohkan hubungan-berpusat
praktik perawatan.
Di
University of Colorado, Dr Watson memegang gelar Distinguished Profesor of
Nursing, penghargaan tertinggi yang diberikan fakultas untuk karya ilmiah. Pada
tahun 1999 ia diasumsikan Ketua Murchinson-Scoville di Peduli Ilmu, pertama
kursi bangsa dianugerahi di Peduli Ilmu, berbasis di University of Colorado
Health Sciences Center. Buku-bukunya terbaru berkisar dari pengukuran empiris
kepedulian, untuk filsafat postmodern baru peduli dan penyembuhan. Buku terbaru
adalah Merawat Sains sebagai Ilmu Suci (2005) Philadelphia: FA
Davis. Karya-karya terbaru berusaha untuk menjembatani paradigma serta mengarah
ke model transformatif untuk abad ke-21. (JwAug, 2004)
PENDAHULUAN
Konsep
merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir menjadi simbul-simbul yang nyata sedangkan konsep keperawatan
merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka k onseptual atau model keperawatan.
Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah
pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa,
atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi, tetapi
kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung.
Teori
keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,
sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk mengaplikasikan ilmu
yang pernah didapat ditempat mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut
bekerja. Mengingat dalam model praktek keperawatan
mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang
mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua
pasien, serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh perawat
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.
Berdasarkan
hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari teori dan Model konsep
keperawatan yang telah ada sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan ilmu
dan praktek, serta profesi keperawatan di Indonesia. Pada kesempatan
kali ini saya mencoba memaparkan “Teori dan Model Konsep Keperawatan Jean
Watson”.
Konsep
Utama Teori dan Model Keperawatan Jean Watson
Jean
Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada
unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia
memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan di antaranya
kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang
meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang
meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan
untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan
untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan
empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah mahluk yang
sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya
mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik,
mental dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran,
badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus
berperan dalam meninggalkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit,
mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tolok
ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan
teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian kebutuhan
dasar manusia yang saling berhubungan antara kebutuhan yang satu dengan
kebutuhan yang lain. Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean
Watson memahami bahwa manusia adalah
makhluk yang sempurna dan memiliki berbagai ragam perbedaan,
sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seha-rusnya dalam keadaan
sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta spiritual.
Selain
itu ada 7 (tujuh) asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain :
1. Asuhan
keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan
dipraktekkan hanya secara interpersonal.
2. Asuhan
keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang hasilnya dapat
memuaskan kebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
3. Asuhan
keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan berkembang ke arah
perbaikan bagi individu, serta keluarga.
4. Respon
asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di rawat saja, tetapi
juga kemungkinan yang akan terjadi setelah pasien pulang.
5. Asuhan
keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien,
sehingga bisa menawarkan kepada pasien
untuk mengembangkan potensinya untuk memilih
apa yang terbaik untuk dirinya saat itu.
6. Asuhan keperawatan lebih
“ healthogenic” dari pada pengobatan. Praktek asuhan
keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal
dengan pengetahuan tentang perilaku manusia
untuk meningkatkan kesehatan dan untuk memberikan bantuan / pertolongan kepada
mereka yang sakit.
7. Praktek
asuhan merupakan sentral keperawatan.
Hubungan
Teori Jean Watson dengan Konsep Utama Keperawatan
Jean
Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
1. Kemanusiaan (Human
Beeing)
Menurut
pandangan Watson orang yang bernilai nb agi dirinya atau orang lain dalam
memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai, mengasuh,
mau mengerti dan membantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan filosofi
umum, manusia itu mempunyai fungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam
dirinya. Selain itu manusia juga dinilai sempurna, karena bagian-bagian
tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi dalam fungsi perkembangannya
dia harus selalu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
Jika adaptasi tersebut tidak berhasil, maka akan terjadi
ko nflik (terutama kngi.onflik psikososial), yang berdampak pada terjadinya
krisis disepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan,
agar dapat ditanggulangi.
2. Kesehatan
Menurut
WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental , dan sosial yang baik. Akan
tetapi Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang
dibutuhkan untuk dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:
a. Fungsi
manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/serasi.
b.
Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya
sehari-hari dengan lingkungannya.
c. Tidak
adanya penyakit.
Asuhan
kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan lingkungan :
a. Kesehatan
adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
b. Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara
apa yang dirasakan dengan apa yang dialami.
3. Lingkungan sosial
Salah
satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan sosial.
Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana seharusnya
berkelakuan, dan tujuan apa yang harus dicapai. Nilai -nilai
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial,
kultural, dan spiritual.
Asuhan
keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat
biasanya mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan
bahwa merawat, dan keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh setiap
lingkungan sosial yang mempunyai beberapa orang yang saling peduli dengan yang
lainnya. Sikap merawat tidak diturunkan dari generasi ke generasi, melalui gen,
tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu koping yang unik
terhadap lingkungan.
4. Keperawatan
Menurut
Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik. Keperawatan pada
promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati penyakit. Dia melihat
keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu: masalah penanganan stres
dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya perawatan kesehatan
yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari praktik keperawatan.
Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu
pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan manusia dan
masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan
kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.
Ada 10
faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
a. Membentuk
sistem nilai humanistic altruistic.
b.
Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
c.
Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun
kepada orang lain.
d.
Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien /
“helping trust”.
e.
Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi
perasaan baik positif, maupun negative.
f.
Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang
sistematik untuk mengambil keputusan.
g.
Meningkatkan hubungan interpersonal
“teaching-learning”.
h.
Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu
memperbaiki kondisi mental, fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
i.
Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan
manusia.
j.
Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.
C. Hubungan Teori Jean
Watson dengan Proses Keperawatan
Watson
merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan yang lebih dalam, agar
menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan keb utuhan manusia.
Agar hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan metoda pemecahan masalah
secara ilmiah. Watson juga menyatakan proses keperawatan terdiri atas
langkah-langkah yang sama dengan proses ilmiah. Watson kemudian
mengkolaborasikannya dalam dokumentasi (tulisan yang dicetak miring
mengidikasikan adanya keterkaitan dengan adanya penelitian dalam proses
keperawatan).
1. Pengkajian
a. Pengkajian meliputi:
tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan menelaah
masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi literature.
b.
Untuk dapat menelaah
dan memprediksi suatu masalah dengan baik sesuai kerangka
kerja yang telah dibuat, maka perlu menggali lebih
dalam pengetahuan yang terkait secara konseptual.
c.
Dalam pengkajian juga mencakup formulasi hipotesis mengenai hubungan
dan factor-faktor yang mempengaruhi masalah.
d. Selain
itu juga dalam menilai situasi perlu mencantumkan definisi
dari variable-variable yang akan diperiksa dalam pemecahan masalah
ini.
2. Perencanaan
a. Dengan
perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan bagaimana
variabel-variabel dapat diuji atau diukur.
b.
Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang
mengacu pada rencana asuhan keperawatan tetap melalui
pendekatan konseptual.
c. Selain
itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah dikumpulkan &
sesuai.
3. Intervensi
Merencanakan
tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan
4. Evaluasi
a. Evaluasi merupakan sebuah metoda
dan proses untuk menganalisa hasil pelaksanaan inter-vensi dari
setiap masalah yang ada.
b. Disamping
itu menurut Watson, evaluasi juga harus mampu memberikan generalisasi terhadap
hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian yang mungkin akan terjadi untuk
mendorong teori keperawatan secara umum didasarkan pada studi pemecahan
masalah.
Hubungan
dengan Ciri Teori
Menurut
Watson, bahwa sebuah teori itu merupakan sebuah pengelompokkan dari ide-ide,
dan pengalaman yang memberikan penjelasan mengenai fenomena-fenomena. Dia
menolak konsep tradisional, dan moetodologi kuantitatif harus dikorbankan saat
mendapatkan pengetahuan baru dari tingkah laku manusia. Dia melihat bahwa
keperawatan dapat dikembangkan dengan melibatkan prosedur-prosedur, dan
manipulasi variabel sementara yang terbaik adalah dengan melakukan penelitian
untuk melihat berbagai alternatif dalam merawat manusia, baik sehat, maupun
sakit, serta mendorong peningkatan kesehatan. Karya Watson telah dikembangkan
dalam konteks tradisional:
1. Teori-teori
tersebut berhubungan dengan konsep seperti dalam membangun solusi berbeda
dalam melihat fenomena tertentu.
2.
Teori harus logis secara alami.
3.
Teori seharusnya sederhana sebelum digeneralisasikan.
4.
Teori dapat didasarkan pada hipotesis yang dapat
diuji
5.
Teori berkontribusi dan membantu
dalam pengembangan pengetahuan secara umum sesuai
disiplin ilmunya melalui penelitian untuk mencapai sesuatu yag valid.
6.
Teori dapat digunakan oleh para praktisi untuk
menjadi pedoman dan meningkatkan mutu dari tindakan pelayanan ataupun
asuhan keperawatan yang diberikan.
7. Teori
tersebut harus konsisten dengan teori-teori lainnya, dengan hukum, dan
prinsip-prinsip lainnya; tetapi masih meninggalkan pertanyaan-pertanyaan
yang tidak bisa dijawab, kemudian diinvestigasi.
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari makalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Konsep
utama teori Jean Watson adalah “
Human Science and Human Care ”, yang fokus utamanya dalam
keperawatan adalah careative factor, dimana dia berasal dari
humanistic perspective yang dikombinasikan dengan dasar ilmu pengetahuan
ilmiah.
2. Hubungan
teori Jean Watson ini dengan konsep utama keperawatan, yaitu adanya
unsur teori kemanusiaan dalam pandangannya yang mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai ragam perbedaan.
3. Hubungan
dengan proses perawatan, Jean Watson menganjurkan supaya penelitian- penelitian
di bidang keperawatan dapat dihubungkan dengan proses keperawatan,
sebab di dalam proses keperawatan langkah-langkahnya sama dengan proses ilmiah.
4. Hubungan
dengan ciri-ciri teori, Jean Watson mengatakan bahwa sebuah teori
merupakan sebuah pengelompokan, ide-ide, pengalaman yang
memberikan penjelasan mengenai fenomena 40, dan dia menolak konsep
tradisional.
5. Penerapan
teori Jean Watson, terdiri dari: pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
George J. B. (1990). Nursing Theories. New Jersey:
Apleton and Lange.
Hidayat Aziz Alimul A. (2009). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Soemantri I. (2006). Konsep Dasar Keperawatan.
Bandung: Stikes A. Yani Press.
3.
TEORI
KEPERAWATAN CALISTA ROY
OTOBIOGRAFI
Suster
Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph of Carondet. Roy dilahirkan pada
tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art
Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di Los Angeles dan
Magister Saint in nurshing pada tahun 1966 di Universitas California Los
Angeles. Setelah mendapat gelar perawat Roy memulai pendidikannya di sosiologi
dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan ph.D tahun 1977 di universitas
California.
Pada
saat bekerja ditingkat magister, dalam sebuah seminar dengan Dorrothy E.
Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan.
Roy bekerja sebagai staf perawat pediatric dan mengumumkan daya lenting dari
anak-anak dan menambahkan respon ke perubahan fisiologis-psikologis. Konsep
adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Konsep pokok dan model ini dikembangkan saat Roy lulus dari
universitas di California Los Angeles dari tahun 1964 sampai tahun 1966. Roy
mulai mengoperasikan modelnya pada tahun 1968 ketika Mount Saint Marys College
menggunakan kerangka adaptasi yang didirikan oleh seorang Pisipol dari
kurikulum keperawatan. Roy menyesuaikan model pertama yang di hadirkan dari
literatur dalam artikel yang diterbitkan in nursing outlook pada tahun 1970.
Roy
mengasosiasikan ke professor dan ketua dari departemen or nurshing di Mount
Saint Marys College hingga 1982. dari tahun 1983-1985 Roy sebagai Robert wood
Johnson Post Doctoral Fellow di universitas California San Fransisco sebagai
sarjana perawat di Neuroscience. Selama ini Roy melakukan pencarian pada
intervensi perawat bagian luka-luka dan pengalamannya dari perawat model pada
klinik. Pada tahun 1988 Roy baru memulai menyusun lulusan teori perawat di
Sekolah Boston College of Nursing.
Roy
menerbitkan banyak buku, artikel periodical dan menghadirkan banyak kuliah dan
workshops pada teori adaptasi perawatnya. Sebagian tentang budi pekerti dan
uraian yang baru dari Roy Adaption Model ( RAM ) yang diterbitkan di buku The
Roy Adaptoin Model merupakan ungkapan yang pasti.
Pada
tahun 1981 Roy adalah seorang dari Sigma Theta Tau dan Roy pun menerima hadiah
National Founder selama bertahan di Fosterus Proffesional Nurshing Standars.
Prestasinya masuk pada tahun 1984 sebagai kehormatan dokter dari Humane Letters
oleh Alverno College. Pada tahun 1985 mendapat kehormatan dokter dari timur
Michigan University dan pada tahun 1986 A.J.N menghadiahi buku untuk model
adaptasi utama Roy. Roy diakui di dunia siapa wanita itu ? kepribadian dari
Amerika dan sebagai Follow of the American Academy of Nurshing.
Sumber Teori
Dimulai
dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
1. Focal
stimuli : Individu segera menghadap
2. Konsektual
stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
Dari focal stimuli.
3. Residual
stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori
Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan stimulus
akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori
Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan
lingkungan.
Roy
mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy
mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S.
Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke
Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez
serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode.
Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham
dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah
mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu kerangka kerja
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih
dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi,
menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk penyaringan model.
Perkembangan
model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya.
Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman
klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.
Konsep Dasar dan Model Keperawatan
Sebelum
mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika mengetahui
filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran
sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.
Contoh
dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan
falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah
humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin tahu dan
menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan
sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi,
bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan
selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa
berhubungan dengan orang lain.
Falsafah
veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat
absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
- Tujuan eksistensi manusia
- Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
- Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
- Nilai dan arti kehidupan.
Roy
kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari
konsep mayor Callista Roy,
- Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang
saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya
input, control, proses, output dan umpan balik.
- Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus
fokal, konsektual dan residual.
- Droblem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.
- Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon
adaptif.
- Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan
kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
- Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi
terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
- Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
- Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
melalui proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan
dan belajar.
- Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi
peran, interdependensi dan konsep diri.
- Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
- Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan.
- Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
- Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya
di dalam hubungannya di lingkungan sosial.
- Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai
support sistem.
Model Konseptual Callista Roy
Model
konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu,
kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy
dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu
keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut
akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
1. Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai
disiplin ilmu dan praktek.
Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan
menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang.
Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi
model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri
dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah
mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi
dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada
dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi
dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan
kesehatan.
2.
Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif,
sebagai sistem yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu
kesatuan yang memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih
khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem
yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia
dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara
keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
3.
Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses
menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model
keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah
komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan
sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi
manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses
yang kedua adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan
inefektif.
4.
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang
ada di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia
sebagai suatu sistem yang adaptif.
3.1.2 Teori
Penegasan
Dalam
teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu:
- Fungsi
atau proses control yang terdiri dari :
1. Kognator
2. Regulator
- Efektor,
mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu
1. Fisiologi
2. Konsep
diri
3. Fungsi
peran
4. Interpendensi
Regulator
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi
yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan
a. Mode
Fungsi Fisiologi
Fungsi
fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan
integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi
: Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,
yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor
gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.
Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi
makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3.
Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme
dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4.
Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan
aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
(Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.
Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh
termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan
perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.
The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran,
perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan .
Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll,
1984, dalam Roy, 1991).
7.
Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,
ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8.
Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan
neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang.
Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas
organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi
endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas
endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari
regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)
b.Mode
Konsep Diri
Mode
konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan
dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi
perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical
self dan the personal self.
1. The
physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat
pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang
kemampuan seksualitas.
2. The
personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik
dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau
takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c. Mode
fungsi peran
Mode
fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya .
d. Mode
Interdependensi
Mode
interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi
yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output
dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas,
sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas.
Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan
(input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah
mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan
melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh
dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi,
proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk
didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.
Kelebihan
dan Kelemahan Teori Callista Roy
Roy
mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat
mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi
para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki
kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan
dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek
Dan
dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon
perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri,
mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa
mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan
residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan
akurat.
Dengan
penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang menyebabkan
stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya
individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy
ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada
proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan
menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan
perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang
tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.
KESIMPULAN
Ada
tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan
out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan
oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai
pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam
mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan
kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam
menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian.
Konsep-konsepnya
tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi
holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan
suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi.
Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan
perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini
individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan
proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat
DAFTAR PUSTAKA
Ann Marriner
Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work. 1998: Mosby
erathenurse.blogspot.com/…/model-konseptual-keperawatan.htm.
nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-c
www.geocities.com/…/vanessa/roy1.htm
www.rase.urg.uk/search09/indek.asp
www.geocities.com/…/vanessa/roy1.htm
www.rase.urg.uk/search09/indek.asp
3.
TEORI
KEPERAWATAN BETTY NEUMAN
OTOBIOGRAFI
Betty Neuman lahir pada tahun 1924 disebuah
pemukiman pertanian tidak jauh dari Lowell, Ohio. Ayahnya seorang petani dan
ibunya seorang rumah tangga. Dengan rasa cintanya pada tanah kelahirannya ia
bermaksud untuk membangun desa nya Ohio dan menjadikan latar belakang pada rasa
pada kebutuhan penduduk desanya.
Betty Neuman pertama kali memperoleh pendidikan
pada People Hospital School of Nursing sekarang General Hospital Akron di
Akron, Ohio tahun 1947. kemudian ia pindah ke Los Angles untuk tinggal dengan
keluarganya di California. Di California ia memegang jabatan penting di Staff
Keperawatan Rumah Sakit. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Universitas of
california di Los Angles dengan jurusan Psikologi. Dia menyelesaikan gelar
sarjana mudanya pada tahun 1957. Pada tahun 1966 dia mendapat gelar Master
dibidang Kesehatan Mental, konsultan kesehatan masyarakat pada University of
California ia melanjutkan Program Administrasi Pendidikan Tinggi di Ohio
University. Dr. Neuman terus menjalankan tugasnya dengan menjadi wakil tingkat
international untuk sekolah keperawatan dan sebagai perwakilan latihan
pengangkatan model keperawatan.
A. Sumber-Sumber Teori Betty Neuman
Model mempunyai beberapa kesamaan dalam teori
Gestalt. Teori Gestalt mempertahankan bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara
yang mana tubuh mempertahankan keseimbangan dan sebagai akibat dari kesehatan
mengubah kondisi sehat atau sakit.
Teori model Betty Neuman juga menerapkan ide dari
teori sistem umum tentang sifat dasar kehidupan sistem terbuka yang merupakan
gabungan semua elemen yang berinteraksi dalam struktur organisasi tubuh kita
yang kompleks. Neuman juga memilah konsep G. Kaplan tentang tingkatan tindakan
pemecahan.
B. Penggunaan Bukti Empiris dari Teori Model Neuman
Betty Neuman mengemukakan teori berdasarkan
penelitian yang ia lakukan untuk mengetahui kondisi mental atau psikologi.
Evaluasi yang ia lakukan juga turut membantu dalam membangun suatu konsep
tentang kombinasi antara tindakan dan respon mental. Tetapi tidak selamanya hal
diatas dapat dijadikan evaluasi dan bukti statistik yang mendukung. Jadi
empiris tidak terlalu diutamakan dalam konsep ini.
C. Konsep Utama Dan Definsi Teori Model Neuman.
Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan
pendekatan yang termasuk dalam konsep mayor menurutnya adalah :
1. Tekanan
Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar
pandangan Neuman tentang tekanan yaitu :
Intar Personal : Secara individu atau perorangan.
Inter Personal : Antara individu yang satu dengan
individu yang lain lebih dari satu.
Ekstra Personal : Di luar individu
2. Struktur Pokok Sumber Energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas.
3. Tingkat Ketahanan
Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.
4. Garis Normal Pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk
menghadapi tekanan di batas normal.
5. Gangguan Pertahanan
Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat
dari tekanan.
6. Tingkat Reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7. Intervensi
Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi
yang timbul.
8. Tingkat-Tingkat Pencegahan
Dibagi menjadi :
a. Pencegahan primer
Sebelum terjadi tindakan
b. Pencegahan sekunder
Ketika terjadi tindakan
c. Pencegahan tersier
Adaptasi atau pengaruh
kerusakan
9. Penyesuain Kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar
baik interpersonal. Intra personal dan ekstra personal.
Faktor yang perlu di perhatikan adalah :
a. Fisiologi individu.
b. Psikologi individu
c. Sosial kultural
d. Perkembangan individu
D. Asumsi Teori Model Betty Neuman
Asumsi yang dikemukakan oleh Betty Neuman dalam
memberikan respon terhadap tekanan yaitu :
1. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis,
psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
2. Lingkungan
Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal
atau pengaruh-pengaruh dari sekitar klien atau sistem klien.
3. Sehat
Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.
E. Pernyataan Teori Sistem Model Neuman
Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif
perawat terhadap klien dengan tingkatan yang menyangkut bermacam-macam pengaruh
terhadap respon klien akibat tekanan atau stress.
Klien dalam hubungannya timbal balik dengan
lingkungan sekitarnya selalu membuat keputusan yang menyangkut hal atau sesuatu
yang akan berakibat kepadanya.
Ada 4 faktor yang merupakan konsep mental klien :
1. Individu atau pasien itu sendiri
2. Lingkungan sekitarnya
3. Kesehatan
4. Pelayanan
F. Bentuk Logika Teori Model Neuman
Bentuk Neuman menggunakan logika deduktif dan
induktif dalam mengembangkan teori modelnya yang telah dipertimbangkan terlebih
dahulu.
Betty Neuman menemukan teori modelnya dari berbagai
teori dan disiplin ilmu. Teori ini juga merupakan hasil dari pengamatan dan
pengalaman selama ia bekerja dipusat kesehatan mental keperawatan.
G. Model Betty Neuman Dalam Lingkungan Komunitas
Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan
pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri keperawatan
ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan terfokus pada empat
intervensi yaitu :
1. Intervensi yang bersifat
promosi
Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis
pertahanan yang bersifat fleksibel yang berupa :
a. Pendidikan
kesehatan.
b. Mendemonstrasikan
keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien dirumah atau
komonitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan.
2. Intervensi yang bersifat
prevensi
Dilakukan
apabila garis pertahanan normal terganggu :
a. Deteksi
dini gangguan kesehatan
Misalnya deteksi tumbuh kembang balita, keluarga
dll
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang
bersifat individu misalnya : konseling pra nikah
3. Intervensi yang bersifat
kuratif
Dilakukan
apabila garis pertahanan terganggu.
4. Intervensi yang bersifat
rehabilitatif
Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila
garis pertahanan resisten yang terganggu.
Komonitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi
oleh dua aktor utama : komonitas yang merupakan klien dan penggunaan proses
keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan :
a. Pengkajian
b. Diagnosis keperawatan komonitas
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
KESIMPULAN
Secara garis besar teori sistem model Neuman
mengemukakan bahwa dalam memberikan tindakan keperawatan terhadap klien atau
pasien yang mengalami stress (gangguan mental) perawatan harus melaksanakan
pendekatan-pendekatan perorangan secara total dengan memperhatikan
faktor-faktor :
1. Tekanan
2. Struktur pokok sumber energi
3. Struktur ketahanan
4. Garis normal pertahanan
5. Gangguan ketahanan
6. Intervensi
7. Tingkat-tingkat pencegahan
8. Penyusunan kembali
B. Saran
Mengingat permasalahan kesehatan mental (stress)
perlu kita ketahui beberapa konsep yang membahas permasalahan kesehatan mental.
Sebagai perawat ada baiknya kita harus tahu tindakan apa yang harus kita
berikan jika menghadapi kondisi pasien atau klien yang memberikan respon atau
tindakan yang diakibatkan adanya tekanan terhadap pasien dan akibat yang mungkin
bisa terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat. A. 2009,
pengantar konsep dasar keperawatan edisi 2, Salemba medika, Jakarta.
Merriner, Ann. 1986. Nursing Theory and Their Work.
Masby Company.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2005. Pengantar Keperawatan Komonitas
1. Cv Sagung Seto. Jakarta.
Perry and Potter. Fundamental Keperawatan. EGC.
4.
TEORI
KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE
A. BIOGRAFI
Florence
Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam
suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk kepada
kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa
Inggris. Florence Nightingale memiliki seorang kakak perempuan bernama
Parthenope. anak pertama, lahir di Napoli, Yunani. Beliau adalah seorang anak
bangsawan Inggris yang kaya, beradab dan bercita-cita tinggi yang bernama
William Edward Nightingale.
Semasa kecilnya ia tinggal di
Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William
Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire,
London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga
Nightingale adalah keluarga terpandang. Pendidikan didapat dari ayahnya, ia
belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan
lain-lain. Ia senang memelihara binatang yang sakit, selain itu ia senang
bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta rajin beribadah.
Pada
masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras,
Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah.
Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung
bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence sendiri lebih banyak keluar
rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat
Florence berdoa dengan hikmat ia mendengar suara Tuhan bahwa dalam hidupnya
menanti sebuah tugas, saat itu usianya tujuh belas tahun. Akhirnya Pada tanggal
7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang pengalamannya itu dengan
judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-Nya. Tetapi
pelayanan apa?”
Dia
menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita bukan karena
status sosial keluarganya yang kaya tetapi merasa bersemangat disaat ia merawat
keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar rumah keluarganya
serta ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah
sakit.
Sebagai
keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk berkarier
sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat keberatan
dengan jalur yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung
kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi
perawat.
Pada
masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan yang hina,
alasannya:
perawat
disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang
miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi;
profesi
perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka sehingga
profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk wanita baik-baik,
selain itu banyak pasien memperlakukan wanita yang tidak berpendidikan yang
berada di rumah sakit dengan tidak senonoh;
perawat
di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena
alasan-alasan tersebut di atas;
perawat
masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Namun
hasrat Florence adalah tetap menjadi perawat. Ketika berumur 20 tahun ia
meminta ijin kepada orang tuanya untuk memasuki rumah sakit dan mempelajari
keperawatan, tetapi orang tuanya tetap tidak mengijinkan karena rumah sakit
pada saat itu keadaannya sangat memprihatinkan. Walaupun dilarang, semangat
Florence untuk menjadi perawat tidak pupus.
Pada
suatu saat neneknya sakit, disinilah ia mendapat kesempatan untuk merawatnya
sampai neneknya meninggal. Dengan pengalaman tersebut bertambahlah pengalaman
Florence dalam merawat orang sakit. Florence berpendapat bahwa ia perlu
menuntut ilmu agar dapat menjalankan pekerjaan perawat dengan baik. Pendapatnya
yang lain adalah dengan menolong sesama manusia berarti pula mengabdikan diri
kepada Tuhan.
Dia
bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, “Apakah
pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang
perawat?” Dr. Samuel Howe menjawab, “Di Inggris, semua yang tidak biasa
dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau
tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang
membawa kebaikan bagi orang lain.”
Florence
sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak sepertiCatholic
Sisters of Charity suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan
hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang
Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu
mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan
bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk
para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para
perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa,
dengan semangat tinggi Florence menanggapi cerita Dr. Howe bahwa Kaiserworth
adalah tujuannya.
Pada
bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth
di Jerman. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan.
Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan
diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga
tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai
pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed
Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi
itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke
setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung
memanggil para perawat dengan menekan bel.
Dia
juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte, institusi
tersebut menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. Di sini ia
beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien
yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila
komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis berbunyi;“rumah
sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi
dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari
pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam” Komite
Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
Ternyata,
Florence harus menanti cukup lama hingga ia bisa menjadi seorang perawat, yaitu
sekitar lima belas tahun. Waktu yang sedemikian ini belakangan diyakini
Florence sebagai kehendak Tuhan yang menyatakan bahwa dirinya harus
dipersiapkan terlebih dahulu sebelum terjun sebagai seorang perawat.
B. Teori
Umum Florence Nightingale
Teori
Environmental Nightngale yang dicetuskan oleh Florence Nightingale “Ibu dari
keperawatan modern” meletakkan keperawatan menjadi sesuatu yang sakral untuk
dipenuhi oleh seorang wanita. Teorinya difokuskan pada lingkungan keperawatan,
walaupun tema ini tidak pernah dimunculkan di tiap tulisannya, ia menghubungkan
kesehatan dengan lima faktor lingkungannya.
C. Definisi
Teori dari Florence Nightingale
Pasien/Klien
Seseorang dengan preses vital penyembuhan yang berhadapan dengan penyakit dan
memulihkan kesehatan tetapi pasif terhadap pengaruh dari usaha keperawatan.
Lingkungan Konsep utama bagi kesehatan adalah ventilasi, kehangatan, cahaya,
diet, kebersihan dan ketenangan. Walaupun lingkungan mempunyai kehidupan
sosial, emosional, dan aspek fisikal, Nightingale menekankan pada aspek
fisiknya. Kesehatan Tetap sehat dan menggunakan stamina tubuh untuk kebutuhan
yang luas. Kesehatan merupakan usaha menjaga agar tetap sehat sebagai upaya
menghindari penyakit yang berasal dari faktor kesehatan lingkungan. Wabah
penyakit adalah proses menyebaran secara alami karena adanya sesuatu yang
kurang diperhatikan. Keperawatan Merupakan gambaran jelas dari kondisi optimal
guna membantu proses penyembuhan pasien dan proses pencegah dari proses
penyebaran melalui suatu tindakan. Subsistem kedua adalah merupakan sistem yang
memiliki pengaruh besar yang merupakan manifestasi dari kemampuan dan kegiatan
reguler. Hal ini berisikan empat gaya adaptip :
1. Gaya
Psikologik
Mengembangkan
kebutuhan psikologi dasar tubuh dan bagaimana cara tubuh memperoleh cairan dan
elektrolit, akitivitas dan istirahat, sirkulasi dan oksigen, nutrisi dan
penyerapan makanan, perlingdungan, perasaan dan neurologi serta fungsi
endokrin.
2. Gaya
konsep diri.
Termasuk
di dalamnya dua komponen yritu : fisik diri, yang mengembangkan indra peraba
dan gambaran tubuh serta personal diri yang melibatkan ideal diri, konsistensi
diri dan etika moral diri
3. Gaya
aturan fungsi
Adalah
yang ditentukan oleh kebutuhan akan interaksi sosial dan mengacu pada performa
dalam melakukan aktivitas berdasarkan posisinya dalam kehidupan sosial.
4. Gaya
interdependen
Mencakup
suatu hubungan dengan orang lain yang bertentang dan mendukung sistem yang
membutuhkan pertolongan, kasih sayang dan perhatian
D. Beberapa pendapat
mengenai Konsep Dasar Keperawatan Florence Nightingale
Penulis kontemporer mulai menggali hasil pekerjaan Florence Nightingale sebagai sesuatu yang mempunyai potensi menjadi teori dan model konseptual dari keperawatan (Meleis, 1985, Torres, 1986; Marriner-Toorey, 1994; Chin and Jacobs, 1995). Meleis (1985) mencatat bahwa konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan proses awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientrasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang adekuat (Nightingale,1860; Torres, 1986). Melalui observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang menimbulkan perbaikan kondisi hygiene dan sanitasi selama perang Crimean. Torres (1986) mencatat bahwa Nightingale memberikan konsep dan penawaran yang dapat divalidasi memberikan dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berfikir tentang keperawatan dan kerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungan (Torres, 1986). Surat Nightingale dan tulisan tangannya menuntun perawat untuk bekerja atas nama klien. Marriner-Tomey, (1994), prinsipnya mencakup bidang pelayanan, penelitian dan pendidikan . hal paling penting adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan melingkupi praktik keperawatan . Nightingale berfikir dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi (pengkajian) bukan demi berbagai informasi/fakta yang mencurigakan, tetapi demi mnyelematkan hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan.
Penulis kontemporer mulai menggali hasil pekerjaan Florence Nightingale sebagai sesuatu yang mempunyai potensi menjadi teori dan model konseptual dari keperawatan (Meleis, 1985, Torres, 1986; Marriner-Toorey, 1994; Chin and Jacobs, 1995). Meleis (1985) mencatat bahwa konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan proses awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientrasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang adekuat (Nightingale,1860; Torres, 1986). Melalui observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang menimbulkan perbaikan kondisi hygiene dan sanitasi selama perang Crimean. Torres (1986) mencatat bahwa Nightingale memberikan konsep dan penawaran yang dapat divalidasi memberikan dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berfikir tentang keperawatan dan kerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungan (Torres, 1986). Surat Nightingale dan tulisan tangannya menuntun perawat untuk bekerja atas nama klien. Marriner-Tomey, (1994), prinsipnya mencakup bidang pelayanan, penelitian dan pendidikan . hal paling penting adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan melingkupi praktik keperawatan . Nightingale berfikir dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi (pengkajian) bukan demi berbagai informasi/fakta yang mencurigakan, tetapi demi mnyelematkan hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan.
DAFTAR PUSTAKA
Azis Alimul
Hidayat.2009,Pengantar Dasar Konsep Keperawatan,Edisi 2,Salemba Medika,Jakarta
Merriner, Ann. 1986. Nursing Theory and Their Work.
Masby Company.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2005. Pengantar Keperawatan
Komonitas 1. Cv Sagung Seto. Jakarta.