Minggu, 11 September 2016

Kumpulan Penyakit yang Terjadi pada Paru- paru

ADULT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS)
(SINDROM GAWAT NAFAS DEWASA)

Dikenal dengan edema paru nonkardiogenik. Adalah : Sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius.
·           Biasanya membutuhkan ventilasi mekanis yang lebih tinggi dari tekanan jalan nafas normal.
·           Terdapat kisaran yang luas dari factor yang berkaitan dgn terjadinya ARDS termasuk cedera langsung pada paru-paru (seperti inhalasi asap) atau gangguan tidak langsung pada tubuh (seperti syok).

Faktor-Faktor Etiologi Yang Berhubungan Dengan ARDS
  1. Aspirasi (sekresi lambung, tenggelam, hidrokarbon) ingesti
  2. Kelainan haematologik (koagulasi intravaskuler diseminata/DIC) tranfusi massif, pirau jantung paru).
  3. Inhalasi oksigen kosentrasi tinggi berkepanjangan, asap, bahan korosif.
  4. Infeksi setempat (pneumonia bakteri, jamur, virus)
  5. Kelainan metabolic (pankreatitis, uremia).
  6. Syok (sembarang penyebab)
  7. Trauma (kontusio paru, fraktur multiple, cedera kepala)
  8. Bedah mayor
  9. Embolisme lemak atau udara
  10. Sepsis sistemik.

Patofisiologi ARDS
  • Terjadi sebagai akibat cedera pada membrane kapiler alveolar yang mengakibatkan kebocoran cairan ke dalam ruang interstisial alveolar dan perubahan dalam jaringan-jaringan kapiler.
  • Terdapat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang jelas akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstensif darah dalam paru.
  • Menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, mengarah pada kolaps alveolar à komplain paru menjadi sangat menurun (paru kaku) à berakibat penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnea.
  • Angka kematian setinggi 50 % - 60 %, angka hidup sedikit meningkat bila penyebab dapat ditentukan, pengobatan dini dan penggunaan mesin bantuan nafas.

Kriteria Diagnostik :
  1. Gagal nafas akut
  2. Infiltrat pulmonary bilateral pada gambaran rontgen dada.
  3. Hipoksemia (PaO3 di bawah 50 - 60 mmHg) oksigen yang dihirup 50 – 60 %.     

Penatalaksanaan Medis
  1. Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab serta pencegahan infeksi
  2. Memastikan ventilasi yang adequate dengan intubasi lanjut pemasangan respirator.
  3. memberikan dukungan sirkulasi
  4. memastikan volume cairan yang adequate, karena hipotensi sistemik dapat terjadi pada ARDS akibat kebocoran cairan ke dalam ruang interstitial, pantau status paru, pemasangan CVP. 
  5. memberikan dukungan nutrisi yang adequate melalui enteral atau parenteral.

Intervensi Keperawatan
Karena pasien dalam sakit kritis perlu :
  1. Pantau kondisi secara ketat, karena dapat berubah secara cepat menjadi situasi yang mengancam jiwa.
  2. Berikan oksigen adequate, terapi nebulizer mini, fisiotherapi dada, intubasi endotrachea dan perawatan tracheostomi, penatalaksanaan ventilator.
  3. Pengkajian terhadap status pasien untuk mengevaluasi efektivitas tindakan.
  4. Jika tidak dipasang ventilasi mekanis, baringkan dalam posisi semi fowler, beri sanggaan.
  5. Jika cairan tidak dibatasi, masukan cairan yang cukup untuk memperbaiki kahilangan cairan.
  6. Kurangi kecemasan pasien.
  7. Bila pasien dipasang ventilator, agar pasien tidak menolak mungkin perlu diberikan sedasi walau nanti ada pengaruh neuromuskuler tapi sementara. Penghisapan ekskret dilakukan pelan-pelan
  8. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, kolaborasi untuk pemberian analgesic.
  9. Posisikan pasien dengan nyaman. Rawat mata pasien karena tidak mampu mengedip.



TUMOR / Ca PARU

Jenis Tumor paru  : - Benigna atau Maligna.
·           Maligna : Timbul dalam paru atau mediastinum (primer)
·           Dari tumor primer dimanapun dalam tubuh (metastasis)
·           Metastasis karena aliran darah yang membawa sel-sel kanker dari kanker primer yang terjadi di organ lain ke paru dan tumbuh dalam dan diantara alveoli dan bronchi mendorong alveoli dan bronki sejalan dengan pertumbuhannya, yang terjadi selama waktu yang lama.
·           Bisa bergejala atau tidak sama sekali.  
·           Tumor berasal dari : epithelium bronchial, adenoma bronchial (tumor yg tumbuh lambat, biasanya benigna, sangat vaskuler sehingga mudah menimbulkan gejala perdarahan dan obstruksi bronkial).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor malignan yang timbul dari bronkus sifatnya epidermoid, biasanya terletak dalam bronki yang besar, mungkin adenokarsinona yang timbul jauh di luar paru.

Patogenesis Kanker Paru
1.        Merupakan pembunuh nomor satu diantara pria di USA.
2.        Kejadian meningkat pada wanita dibanding pria, sekarang melebihi angka kejadian kanker payudara dan merupakan penyebab kematian paling umum pada wanita.
3.        70 % pasien kanker paru mengalami penyebaran ke tempat limfatik regional dan tempat lain saat didiagnostik.
4.        Berakibat angka survival pasien kanker paru sangat rendah.
5.        Karsinoma cenderung timbul di tempat jaringan parut sebelumnya seperti bekas TBC atau fibrosis paru.
6.        Dapat dicegah jika merokok dihilangkan.

Klasifikasi dan Pentahapan
Empat jenis sel utama kanker paru :
  1. Karsinoma epidermoid (sel squamosa)
  2. Karsinoma sel kecil (sel oat)
  3. Adenokarsinoma dan
  4. Karsinoma sel besar
Banyak tumor yang mengandung lebih dari satu jenis sel, jenis sel yang berbeda bereaksi secara berbeda dan prognosisnya berbeda pula. Prognosis tampak lebih baik pada kanker epidermoid dan adenokarsinoma, tumor sel kecil (sel oat) prognosis buruk.
Tahapan tumor mengacu pada ukuran tumor, apakah : nodus limfe terkena dan apakah kanker telah menyebar.
Pentahapan ditentukan oleh : biopsi jaringan, biopsy nodus limfe dan mediastinoskopi, dan pentahapan membantu menentukan apakah tumor harus diangkat.

Faktor Risiko
  1. Asap tembakau
  2. Perokok (kedua) pasif
  3. Polusi udara
  4. Radon
  5. Masukan Vit A tidak adequate.

Asap tembakau
Menyebabkan lebih dari satu setiap 6 kematian (USA) akibat penyakit paru dan kardiovaskuler.
Kanker paru à 10 kali lebih umum terjadi pada perokok dibanding yang tidak.
Makin muda individu merokok makin besar risiko terjadinya kanker paru.
Faktor lain yang dipertimbangkan : jenis rokok (kandungan tar, filter/tidak).

Perokok kedua (pasif)
Diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari kanker paru karena terpajan asap rokok dalam tempat tertutup (gedung, mobil) à dilarang.

Polusi udara
Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfer, termasuk sulfur, emisi kendaraan bermotor dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti menunjukkan insiden kanker paru lebih besar di perkotaan akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.
Pemajanan okupasi
Pemajanan kronik terhadap karsinogen industrial seperi : Arsenik, asbeston, gas mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak dan radiasi telah dikaitkan dengan kanker paru.

Radon
Adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan.Bertahun-tahun gas ini telah dikaitkan dengan pertambangan uranium yang sekarang dapat menyusup ke dalam rumah melalui bebatuan dan dasar tanah. Kadar 4 pikocuri/L terjadi kanker paru.

Vitamin A
Riset menunjukkan bahwa terdapat hubungan diet rendah vit A dan terjadinya kanker paru, dengan postulat bahwa vit A berkaitan dengan pengaturan diferensiasi sel.
Faktor lain
Predisposisi genetic dan penyakit pernafasan lain seperti PPOM dan TBC yang mendasari. Kombinasi factor risiko : terutama merokok sangat meningkatkan risiko terjadinya kanker paru.

Manifestasi klinis
Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai :
1.        lapisan saluran pernafasan,
2.        parenkim paru
3.        pleura atau dinding dada.

Penyakit terjadi secara lambat, sering asimptomatis sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi dan keluasan metastase ke tempat regional atau jauh.

Gejala kanker paru yang paling sering :
1.        Batuk, mungkin akibat iritasi  masa tumor,
2.        Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan dengan merokok.
3.        Batuk mulai sebagai batuk kering (hacking) tanpa membentuk sputum ttp berkembang sampai titik bentuk sputum yang kental, purulen dalam berespons thd infeksi sekunder.
4.        Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan terhadap kanker paru.
5.        Mengi terjadi bila bronkus menjadi tersumbat sebagian oleh tumor à 20 % pasien kanker paru.
6.        Batuk bisa bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
7.        Demam.
8.        Infeksi pernafasan berulang à curigai kanker paru.
9.        Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering karena metastasis ke tulang.
10.    Nyeri dada dan sesak adanya tumor menyebar ke struktur dekat nodus limfe regional.
11.    Serak karena menyerang saraf laringeal.
12.    Edema kepala dan leher, gejala efusi pleura atau pericardial.
13.    Tempat metastase : nodus limfe, tulang, otak, paru kontra lateral dan kelenjar adrenal.
14.    Gejala umum : Kelemahan, anoreksia, penurunan BB, anemia pada akhir penyakit.

Evaluasi Diagnostik
  1. Rontgen dada à melihat : densitas paru, nodul perifer soliter (lesi koin), atelektasis dan infeksi .
  2. Pemeriksaan sitologi sputum baru à mencari sel-sel maligna.
  3. Bronkoskopi à identifikasi sel-sel maligna, kira-kira keluasan pembedahan.
  4. Bronkofibroskopi fluoresen à mendeteksi kanker bronkogenik kecil secara dini.
  5. Hematoporfofirin disuntikan, diserap oleh sel-sel maligna yang tampak sebagai kilauan fluorsenes merah ketika diperiksa dibawah sinar ultraviolet.
  6. Pemindaian/sidik paru dan tulang atau sumsum tulang à deteksi metastasis pada tulang.
  7. Pemindaian hepar dan saraf pusat à apakah telah menyebar ke hepar atau otak.
  8. CT scan dan pencitraan resonan magnetic (MRI) à deteksi system tubuh yang terkena.
  9. Mediastinoskopi à apa/ menyebar ke nodus limfe hilus paru kanan, mediastinotomi à apa/ menyebar ke paru kiri.
  10. Pembedahan : sebelumnya evaluasi untuk menentukan ap/ tumor dapat direseksi dan ap/ kerusakan akibat operasi dpt ditoleransi.
  11. Uji fungsi paru dan pemindaian perfusi fungsi untuk menentukan apa/ pasien punya persediaan paru untuk hidup setelah pembedahan  

Pertimbangan Gerontologi
Kanker paru bisa terjadi pada lansia, penyakit arteri koroner atau insufisiensi paru merupakan kontraindikasi tind. Bedah. Bila bagus pembedahan dapat ditoleransi dengan baik.

Penatalaksanaan Medis
1.      Pengobatan tgt tipe sel, tahap penyakit, status fisiologi (t/u jantung & paru), bisa pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi dan imunoterapi, bisa terpisah atau kombinasi.
2.      Pembedahan : Reseksi 3 tipe à Lobektomi (satu lobus diangkat), lobektomi sleeve (lobus yang mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus besar direseksi), pneumonektomi (angkat seluruh paru), Bedah sangat jarang yang sembuh sempurna.
3.      Terapi radiasi : Kesembuhan dengan presentasi kecil, untuk mengendalikan tumor yang tidak bisa dioperasi tp responsive terhadap radiasi. Yang tidak dapat dioperasi jadi bisa dioperasi, untuk paliatif, mengendalikan metastasis, menghilangkan batuk, nyeri dada, dispnea, hemoptisis, nyeri tulang dan hepar. Sifatnya toksis bagi jaringan normal dengan komplikasi : esofagitis, pneumonitis, fibrosis paru à merusak kapasitas ventilasi dan difusi, mengurangi ketersediaan paru. Pengaruh terhadap jantung. Selama radiasi pantau status nutrisi dan psikologis pasien karena adanya anemia dan infeksi.
4.      Kemoterapi : Untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, melengkapi bedah dan radiasi. Agens pangkelat (ifosfamid), platinum analogus (cisplantin dan karbiplatin), mitomisin C, vinka alkaloid (vinblastin dan vindesin) dan etoposid (V-16) à pilihan tgt pada pertumbuhan sel tumor dan fase spisifik siklus sel, agens toksik dan batas keamanan yang sempit. Kemoterapi memberi peredaan t/u nyeri ttp tidak menyembuhkan dan jarang dpt memperpanjang hidup, bermanfaat dalam mengurangi gejala tekanan kanker paru dan perikardium.

Potensial Komplikasi
1.      Reseksi bedah dpt berakibat gagal nafas
2.      Radiasi berakibat penurunan fungsi jantung paru
3.      Fibrosis paru, perikarditis, mielitis dan Cor pulmonal sebagian kompliasi yang diketahui.
4.      Kemoterapi t/u kombinasi radiasi à pneumonitis, kemoterapi à toksisitas paru, leukemia.
Intervensi Keperawatan
·               Asuhan keperawatan sama dengan penderita kanker organ lain, perhatian khusus difokuskan pd manifestasi pernafasan  dari penyakit.
·               Penatalaksanaan jalan nafas diperlukan untuk mempertahankan potensi jalan nafas melalui pembuangan sekresi atau eksudat.
·               Bimbingan nafas dalam dan batuk, terapi aerosol dan ventilasi mekanik perlu untuk membantu kelancaran pernafasan.
·               Perhatikan aspek psikologis pasien karena dia menghadapi issu selama perjalanan penyakit.




PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM/PPOK/COPD)

Pengertian PPOM :
  • Adalah klasifikasi luas dari gangguan yg mencakup :
1.      Bronchitis kronis,
2.      Bronkiektasis
3.      Emfisema dan
4.      Asma
  • Merupakan kondisi ireversibel yg berkaitan dgn dispnea saat aktifitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
  • Merupakan penyebab kematian ke 5 terbesar di AS.
  • Menyerang lebih dari 25 % populasi dewasa.

Patofisiologi PPOM
-          Obstruksi jalan nafas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam tgt pada penyakit.
-          Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, penumpukan lendir dan sekresi yg sangat banyak menyumbat jalan nafas.
-          Pd emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang udara dalam paru.
-          Pd asma, jalan nafas bronchial menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir ke dlm paru-paru.
-          Protokol pengobatan tertentu digunakan dalam semua kelainan ini, meski patofisiologi dari masing-masing kelainan membutuhkan pendekatan spesifik.
·         Dianggap sbg penyakit yg b/d interaksi genetic dengan lingkungan. Merokok, polusi udara dan pemajanan di tempat kerja (thd batu bara, kapas, padi-padian) mrpk factor risiko penting yg menunjang pd terjadinya penyakit ini.
·         Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20 – 30 tahunan.
·         Juga ditemukan terjadi pada individu yg tidak mempunyai enzim yang normal mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu.
·         Tampak timbul cukup dini dalam kehidupan dan mrpk kelainan yg mempunyai kemajuan lambat yg timbul bertahun-tahun sbl awitan gejala-gejala klinis kerusakan fungsi paru.
·         Sering menjadi simptomatis selama tahun-tahun usia baya, ttp insidensnya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Kapasitas vital dan volume ekspirasi menurun sejalan dengan peningkatan usia.
·         Memperburuk thd fisiologi yang berkaitan dgn penuaan dan mengakibatkan obstruksi jalan nafas à dlm bronchitis, dan kehilangan daya kembang elastic paru (pada emfisema) shg terdapat perubahan tambahan rasio ventilasi – perfusi pd pasien lansia dgn PPOM.

Pengkajian
-          Mencakup pengumpulan informasi ttg gejala-gejala terakhir dan penyakit sebelumnya.
-          Tanya :
·         Sudah brp lama mengalami kesulitan pernafasan ?
·         Apakah aktifitas yg meningkatkan dispnea ?  jenis aktifitas apa ?
·         Brp jauh batasan pasien thd toleransi aktifitas ?
·         Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak nafas ?
·         Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh ?
·         Apa yg pasien ketahui ttg penyakit dan kondisinya ?

-          Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan, pertimbangkan pertanyaan berikut :
·         Brp frekuensi nadi dan pernafasan ?
·         Apakah pernafasan sama dan tanpa usaha ?
·         Apakah pasien mengkontraksi otot abdomen selama inspirasi ?
·         Apakah pasien menggunakan otot-otot aksesori pernafasan selama pernafasan ?
·         Apakah tampak sianosis ?
·         Apakah vena leher pasien tampak membesar ?
·         Apakah pasien mengalami edema perifer ?
·         Apakah pasien batuk ?
·         Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien ?
·         Bagaimana status sensorium pasien ?
·         Apakah terdapat peningkatan stupor ? kegelisahan ?

Diagnosa Keperawatan
1.      Gg. Pertukaran gas b/d ketidaksamaan venltilasi-perfusi.
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mucus, batuk tidak efektif dan infeksi bronkopulmonal.
3.      Pola nafas tidak efektif b/d nafas pendek, mucus, bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas.
4.      Kurang perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernafasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
5.      Intoleransi aktifitas akibat keletihan, hipoksemia dan pola pernafasan tidak efektif.
6.      Koping individu tdk efektif b/d kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat efektifitas rendah dan ketidakmampuan untuk bekerja.
7.      Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yg akan dilakukan di rumah.

Masalah Perlu Kolaboratif
Potensial Komplikasi (yang mungkin dapat terjadi) ;
-            Gagal nafas
-            Atelektasis =paru kolaps
-            Pneumonia
-            Pneumothorax
-            Hipertensi paru

Perencanaan dan Implementasi
Tujuan :
1.      Perbaikan pertukaran gas
2.      Tidak terjadi gangg. Jalan nafas
3.      Perbaikan pola nafas
4.      Kemandirian dalam aktifitas perawatan diri
5.      Perbaikan dalam kemampuan koping
6.      Kepatuhan pda program terapeutik dan perrawatan di rumah
7.      Tidak adanya komplikasi

Intervensi Keperawatan
1.      Memperbaiki pertukaran gas :
-          Pantau dispneu dan hipoksia
-          Kolaborasi pemberian obat bronchodilator dlm bentuk aerosol/nebulizer dilanjutkan dengan menghisap moistur untuk mengencerkan secret & kortikosteroid
-          Bimbing pasien untuk melakukan batuk efektif dan lakukan postural drainage (perkusi & vibrasi).
-          Pantau pemberian oksigen t/u kepatuhan menggunakan nasal kanule
-          Berikan penyuluhan tentang bahaya merokok.
-          Pantau intake cairan (upayakan 6 – 8 gls/hr) à mengencerkan sekresi.
2. Mencegah infeksi Bronkopulmonal
-          Pantau sputum yang dikeluarkan pasien : jumlah, warna
-          Kolaborasi pemberian obat antibiotika sesuai sensitivity test)
-          Hindari polusi udara dan kelembaban udara
3. Latihan bernafas
-          bimbing untuk merubah nafas dada atas dengan nafas diafragmatik à mengurangi frekuensi pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar dan membantu mengeluarkan udara sebanyak mungkin selama ekspirasi.
-          Bimbing bernafas dengan bibir dirapatkan à melambatkan ekspirasi, mencegah kolaps unit paru, membantu pasien mengendalikan frekuensi & kedalaman pernafasan dan untuk rileks.
4. Mengatur aktifitas :
-          Untuk menghindari keletihan atau distress pernafasan.
-          Awali dengan bergerak-gerak ditempat sekitar setengah jam.
-          Rencanakan aktifitas perawatn diri dan waktu tepat untuk mandi dan berpakaian.
5. Latihan otot pernafasan :
-          Bimbing bernafas diafragmatik dan bernfas terhadap suatu tahanan selama 10-15 menit/hr à lanjutkan di rumah.
6. Malakukan aktifitas perawatan diri :
-          Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri bila pola nafas sudah membaik.
-          Ajarkan pasien untuk mencoba mengkoordinasikan pernafasan diafragmatik dengan aktifitas spt : berjalan, mandi, membungkuk, menaiki tangga bertahap, berpakaian, istirahat untuk menghindari keletihan.
7. Meningkatkan pengkondisian fisik :
-          Lakkan treadmill, sepeda statis, latihan berjalan à siapkan oksigen portabel.
-          Hindari suhu yang ekstrim.
8. Peningkatan koping :
-          Berikan dorongan untuk beraktifitas à jangan sampai letih.
-          Tingkatkan harga diri pasien.
-          Lakukan terapi kelompok, program penghentian merokok
Evaluasi :
Hasil yang diharapkan ;
1.      Menunjukkan perbaikan pertukaran gas :
-                 Tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan, konfusi, agitasi.
-                 Mempunyai nilai gas arteri stabil
2.      Mencapai bersihan jalan nafas
-       Berhenti merokok
-       Menghindari bahan yang merangsang dan suhu yg eksrim
-       Meningkatkan masukan cairan hingga 6-8 gelas/hr
-       Melakukan drainage postural yang benar
-       Mengetahui tanda dini infeksi à laporkan bila terjadi
3.Memperbaiki pola nafas
-       Berlatih dan menggunakan pernafasan diafragmatis dan bibir dirapatkan.
4. Melakukan aktifitas perawatn diri dalam batasan toleransi.
-       Mengatur aktifitas untuk menghindari keletihan
-       Menggunakan pernafasan terkendali ketika melakukan aktifitas.
5. Mencapai toleransi aktifitas dan melakukan latihan serta melakukan aktifitas dengan sesak nafas lebih sedikit.
6. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif serta ikut serta dalam program rehabilitasi paru.
7. Patuh terhadap program terapi
-       Mengikuti regimen pengobatan yang diharuskan
-       Berhenti merokok
-       Mempertahankan tingkat aktifitas yang dapat diterima.
8. Bebas dari komplikasi :
-       Menunjukkan tidak adanya bukti-bukti gagal atau insufisiensi pernafasan.
-       Mempertahankan gas darah yg sesuai.
-       Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.



A   S   M  A (ASTHMA)

Pengertian :
Adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dalam hal ini trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

Manifestasinya :
7.      Penyempitan jalan nafas yg mengakibatkan dipsnea, batuk dan mengi.
8.      Tingkat penyempitan jalan nafas dapat berubah secara spontan atau karena terapi.
9.      Beda dengan penyakit paru obstruksi à asma proses reversible.
10.  Akut dapat terjadi, berlangsung bbrp menit sampai jam, diselingi oleh periode bebas gejala.
11.  Jika asma dan bronchitis terjadi bersamaan à obstruksi jadi gabungan : bronkitis asmatik kronik.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, 50 % terjadi pada anak-anak, sepertiga pada sebelum usia 40 th.
Asma sangat mengganggu aktifitas kehidupan dan dapat berakibat fatal.

Jenis asma :
  1. Asma alergik à sebab allergen : serbuk sari, bulu/binatang, amarah, makanan dan jamur.
Kebanyakan alergen terdapat di udara dan musiman.
Biasanya mempunyai riwayat keluarga yg alergik dan riwayat masa lalu eczema atau rhinitis alergik.
Pemajanan thd allergen mencetuskan serangan asma.
Anak-anak dengan asma alergik dapat mengatasi kondisi sampai masa remaja.
  1. Asma idiopatik/nonalergik à tdk berhubungan dgn allergen spesifik.
Pencetus serangan : Common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan.
Bbrp agens farmakologi : aspirin, agens anti inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, agens sulfit (pengawet makanan).
Serangan lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan emfisema.
Bisa menjadi asma gabungan à paling umum, karakteristiknya betuk idiopatik atau nonalergik.

Patofisiologi
Asma : obstruksi jalan nafas diffus reversible, obstruksi disebabkan oleh  satu atau lebih dari :
1.      kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki, yg menyempitkan jalan nafas.
2.      pembengkakan membrane yang melapisi bronki.
3.      pengisian bronki dengan mucus yang kental.
4.      otot-otot bronchial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yg kental banyak dihasilakn dan alveoli menjadi hiperinflasi dengan udara terperangkap dalam jaringan paru.



Bbrp individu dengan asma mengalami repons imun yang buruk thd lingkungan, antibody yang dhasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dlm paru.
Pemajanan ulang thd antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk-produk sel-sel mast (disebut mediator) spt histamine, bradikinin, prostaglandin dan anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat.
Pelepasan mediator ini dlm jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membrane mukosa dan pembentukan mucus yg sangat banyak.

Manifestasi Klinik
Tiga gejala umum asma : batuk, dispnea dan mengi. Pada bbrp keadaan batuk mngkin satu-satunya gejala.
Serangan asma sering pada malam hari, penyebabnya tidak jelas, mungkin variasi yg mempengaruhi ambang reseptor jalan nafas.
Serangan bermula mendadak dgn batuk, rasa sesak dalam dada, pernafasan lambat, mengi. Ekspirasi lebih susah dan panjang disbanding inspirasi à mendorong pasien duduk tegak dan menggunakan otot pernafasan.
Jalan nafas yg tersumbat menyebabka dispnea, batuk awalnya susah dan kering ttp segera menjadi > kuat. Sputum yg mukus sedikit mengandung gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah.
Terjdi sianosis sekunder thd hypoksia hebat, gejala retensi CO2, berkeringat, takikardia dan pelebaran tekanan nadi.
Serangan bisa 30 mnt s/d bbrp jam dan dapat hilang dgn spontan.
Meski serangan asma jarang dan fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yg lebih berat àstatus asmatikus” à mengancam hidup.
Reaksi alergik lainnya yang menyertai : eczema, ruam, edema temporer.
Serangan bisa terjadi secara periodic setelah pemajanan thd allergen spesifik, obat-obatan ttt, latihan fisik, kegairahan emosional.

Evaluasi Diagnostik
- Tidak ada satu test yg dapat menegakkan diagnosis asma. 
- Yang dapat mengungkap factor pencetus : Riwayat kesehatan pasien & keluarga à asma, lingkungan à perubahan musim/iklim, jumlah serbuk sari yg tinggi, bulu binatang, riwayat pekerjaan à b/d kimia (plastic), debu kayu/sayuran, obat-obatan dll.
- Tes kulit positif sampai adanya reaksi lepuh yg hebat à mengidentifika si allergen spesifik.
- Rontgen à pada periode akut : hiperinflasi dan pendataran diafragma.
-  Pemerikasan sputum dan darah : eosinofilia naik. Kadar serum IgE me ningkat pd asma alergik. Sputum à jernih berbusa (alergik), kental dan putih à nonalergik.
- Gas darah arteri : akut à hipoksia, awal : hipokapnea, respirasi alkalosis, PCO2 rendah.
Fungsi pulmonal biasanya normal antar serangan. Selama serangan akut tdpt peningkatan kapasitas paru total (TLC).

Terapi Medikasi
  1. Agonis Beta (agens B-adrenergik) : Th/ awal à mendilatasi otot-otot polos bronchial dgn meningkatkan gerakan siliaris. Co/ : nefrin, albuterol, metaprotenerol, isoprotenerol, isoetharine, terbutalin à parenteral / inhalasi.
  2. Metilsantin : Aminofilin/theofilin à bronkodilatasi.
  3. Antikolinergik : Atropin à efek samping tidak baik, derivatnya : atropine metilnitrat, ipratropium bromide (atropen) à bronkodilator baik minimal efek samping.
  4. Kortikosteroid : hydrokortison IV penting pada asma. Oral : prednisone, prednisolon. Inhalasi : beklometason, deksametason à mengurangi inflamasi dan bronkostriktor. Diberi berkepanjangan à ulkus peptikum, osteoporosis, katarak.
Pencegahan
12.  Hindari agen penyebab setiap saat.
Komplikasi
13.  Fraktur iga, pneumonia, atelektasis, hipoksemia, dehydrasi ak/ diafo  resis.
Intervensi Keperawatan
1.      Pemenuhan kebutuhan cairan (periksa turgor kulit)
2.      Pemberian oksigen secara adequat.
3.      Hindari iritan
4.      Pemenuhan kebutuhan nutrisi
5.      Ruangan diusahakan tenang
6.      Gunakan alat tidur yang non alergenik
7.      Pemberian obat ekspektoran & bronkodilator (inhalasi)

=================================================================

BRONKITIS KRONIK

Definisi : Adanya batuk produktif yang berlangsung selama 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.

  • Sekresi yang menumpuk dalam brokioles mengganggu pernafasan yang efektif.
  • Merokok atau pemajanan dari polusi à penyebab utama bronchitis kronis.
  • Pasien dengan bronchitis kronis lebih rentan thd kekambuhan infeksi saluran pernafasan bawah.
  • Sering terjadi pada musim dingin.
  • Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospame bagi mereka yang rentan.

Etiologi : Infeksi karena virus, bakteri dan mikoplasma yang luas.

Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipereksresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya à fungsi silia menurun dan lebih benyak lendir yang dihasilkan, akibatnya bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat à alveoli yang berdekatan dgn bronkioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis à mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar (penting dalam menghancurkan pertikel asing termasuk bakteri) à pasien menjadi lebih rentan thd infeksi pernafasan. Penyempitan bronchial terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadi dlm jalan nafas. Bisa terjadi perubahan paru yang ireversibel à bisa tejadi empisema dan bronkiektasis.

Manifestasi klinis
Batuk produktif, pada bulan-bulan musim dingin muncul tanda dini bronchitis kronis, batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin, lembab dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat merokok, dan sering mengalami infeksi pernafasan.

Evaluasi Diagnostik
Riwayat yang lengkap (keluarga, pemajanan thd : lingkungan, bahan-bahan iritan), riwayat pekerjaan termasuk kebiasaan merokok (jumlah bungkus perhari).
Periksa gas darah arteri, Rontgen dada dan pemeriksaan : fungsi paru, haemoglobin dan hematokrit.
Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan penurunan kapasitas vital (VC), volume ekspirasi kuat (jumlah udara yang diekhalasi), peningkatan volume residual (RV) à udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal, kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat.
Analisa gas darah bisa hipoksia dengan hiperkapnea. Hematokrit dan hemoglobin meningkat.
Rontgen dada à pembesaran jantung, diafragma normal, atau mendatar.

Penatalaksanaan Medis
Pengobatan utama : menjaga agar bronkiolus terbuka dqan berfungsi utk : membuang sekresi bronchial, mencegah infeksi dan kecacatan.
Catat : perubahan pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan) dan pola batuk.
Pemberian antibiotic berdasar uji kultur dan sensitivitas.
Bronkodilator untuk membuang sekresi bronchial & menghilangkan bronkospasme à mengurangi obstruksi jalan nafas à oksigen mencu kupi dan ventilasi alveolar baik.
Postural drainage & perkusi dada setelah pengobatan t/u jika bronkiek tasis.
Pemberian cairan oral & parenteral untuk hidrasi à mengencerkan sekresi à mudah keluar dibatukkan.
Kortikosteroid untuk terapi lebih lanjut.
Pasien harus menghentikan merokok à penyebab bronkokonstriktisi, melumpuhkan silia (penting untuk membuang partikel iritan) dan menginaktivasi surfaktan (berperan penting untuk mengembangkan /elastisitet paru)

Pencegahan
Terhadap kekambuhan dgn menghindari iritan pernafasan (t/u asap tembakau).
Immunisasi untuk agen virus penyebab infeksi saluran pernafasan à vaksin influenza  & untuk S. Pneumonia.
Yang sudah terkena terapi antimikroba sesuai hasil kultur dan sensitivitas t/u sputum yang purulen.
  

 ==================================================================

BRONKIEKTASIS

Definisi : Adalah dilatasi bronki dan bronkhiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkhus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda dari saluran pernafasan atas, tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan pembesaran nodus limfe.
Predisposisi : Infeksi pernafasan masa anak, campak, influenza, Tbc dan gangguan imunodefisiensi.

Dapat terjadi post operasi bila pasien tidak mampu untuk batuk efektif à lendir menyumbat yang mengarah ke atelektasis.

Patofisiologi
Infeksi merusak dinding bronchial à menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki à dinding bronchial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat. Infeksi meluas ke jaringan peribronkial à bisa terjadi abses paru.
Retensi sekresi dan obstruksi à alveoli mengalami kolaps (atelektasis).
Jaringan fibrosis akibat reaksi inflamasi menimbulkan insufisiensi pernafasan dengan : penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi dan peningkatan rasio volume residual thd kapasitas paru total à terjadi kerusakan campuran gas yang diinspirasi (ketidakseimbangan ventilasi – perfusi) dan hipoksemia.

Manifestasi Klinis
Batuk kronik, pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.
Specimen sputum akan membentuk lapisan : atas berbusa, tengah bening, bawah berpartikel tebal. Sebagian besar pasien mengalami hemoptisis, pasien mengalami infeksi paru berulang.
Gejala bronkiektasis hampir sama dengan bronchitis kronis (d/ tidak mudah).
Tanda pasti : Riwayat batuk produktif yang berkepanjangan, sputum negative tuberkel basil.
Diagnosa : Bronkografi, bronkoskopi CT Scan à menunjukan ada/tidak adanya dilatasi bronchial.
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan à mencegah & mengontrol infeksi, meningkatkan drainase bronchial untuk membersihkan bagian paru yang sakit atau dari sekresi yang berlebihanà antimikroba ß kultur sputum dan sensitivitas test.
Program pengobatan  antibiotic yang berbeda dan interval yang berganti an dalam 1 tahun, diresepkan sepanjang musim dingin atau bila terjadi ISPA.
Vaksinasi influenza dan Pneumonia Pneumokokus.
Drainase postural dari tubabronkial dengan gravitasi mengurangi jmlah sekresi dan tingkat infeksi. Kadang sputum mukopurulen hrs dibuang dengan bronkoskopi.

Daerah dada yg sakit diperkusi (ditepuk-tepuk) untuk melepaskan sekresi.
Bronkodilator B-adrenergik bila mengalami obstruksi jalan nafas. Aerosol nebulizer untuk mengencerkan sputum + pemberian pemenuhan cairan oral.
Pasien hentikan merokok à merusak drainase bronchial, melumpuhkan siliaris, meningkatkan sekresi bronchial, menyebabkan inflamasi membrane mukosa à mengakibatkan hyperplasia kelenjar mukosa.

Intervensi Bedah
Mengangkat jaringan paru yang sakit (lobektomi) atau seluruh : pneumonektomi à jarang dilakukan, hanya bagi pasien yang secara kontinu mengeluarkan sputum yang sangat besar dan mengalami pneumonia dan hemoptisis. Tujuan : untuk menjaga jaringan paru yg sehat dan menghindari komplikasi infeksius.

Bronkografi untuk melihat gambaran segmen paru.

Suction melalui bronkoskop untuk mengluarkan sekresi.

Terapi antibacterial diberikan sesuai hasil kultur dan sensitivitas.

==================================================================

EFFUSI PLEURAL

Pengertian
Yaitu pengumpulan cairan dalam ruang pleura (antara permukaan viseral dan parietal), proses penyakit primer yang jarang terjadi, biasanya merupakan penyakit skunder terhadap penyakit lain.

Normal : ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 15 ml), fungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi.
Pada gangguan tertentu, cairan dapat berkumpul dalam ruang pleural dan penumpukan ini dapat menjadi bukti secara klinis dan hampir selalu merupakan signifikan patologi.
Efusi dapat terjadi atas cairan yang relative jernih bisa transudat atau eksudat atau dapat mengadung darah atau purulen.

Transudat  
Filtrat plasma yg mengalir menembus dinding kapiler yang utuh à terjadi bila factor-faktor yg mempengaruhi pembentukan dan reabsorpsi cairan pleura terganggu, biasanya oleh ketidakseimbangan tekanan hydrostatik dan onkotik, menandakan bahwa kondisi spt ascites atau peny. Sistemik spt gagal jantung kongestif atau gagal ginjal mendasari penumpukan cairan.

Eksudat
Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas, biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri atau tumor yang mengenai permukaan pleural.    

Penyebab
Efusi pleural mungkin merupakan komplikasi dari :
1.      Gagal jantung kongestif
2.      TBC
3.      Pneumonia
4.      Infeksi paru t/u o/k virus
5.      Sindrom nefrotik
6.      Penyakit jaringan ikat
7.      Tumor/neoplastik
8.      Karsinoma bronkogenik adalah malignansi yang paling umum berkaitan dengan efusi pleura,
Efusi pleura juga dapat tampak pada sirosis hepatic, embolisme paru dan infeksi parasitic.

Manifestasi klinis
Biasanya disebabkan oleh karena penyakit dasar spt :
Pneumonia : Demam, menggigil, nyeri dada pleuritis.
Efusi malignan : dispnea dan batuk.

Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala.
Efusi yang luas akan menyebabkan sesak nafas.
Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi nafas minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egovoni akan terdengar diatas area efusi.
Deviasi trakea menjauh tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleura yang signifikan.
Bila terjadi efusi pleura yang kecil sampai sedang, dispnea mungkin tidak terdapat.
Keberadaan cairan dikuatkan dengan :
-         Rontgen dada, Ultrasound, pemeriksaan fisik dan torakosintesis Fungsi dada.
-         Cairan pleural : Dianalisis dgn kultur bakteri, pewarnaan Gram à basil tahan asam à Tbc, hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein, analisis sotilogi untuk sel-sel malignan, dan pH.
-         Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.

Penatalaksanaan Medis :
T/ pengobatan untuk : menemukan penyebab dasar, mencegah penumpukan kembali cairan, dan u/ menghilangkan ketidak nyamanan serta dispnea.
Pengobatan spesifik ditu/ pada penyebab dasar : gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis (Cirrhosis Hepatis).
Torasentesis  à u/ membuang cairan, mendapatkan specimen u/ dianalisis dan u/ menghilangkan dispnea.
Bila penyebab malignansi, efusi pleural dapat terjadi lagi bbrp hari atau minggu. Torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit dan kadang-kadang terjadi pneumotoraks à pasang WSD à evaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.

Tetrasiklin à dimasukkan ke dalam ruang pleural untuk menghilangkan dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut, selanjutnya selang dada diklem dan pasien dibantu untuk mengambil posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan untuk memaksimalkan kontak agens dengan permukaan pleura. Klem dilepaskan dan drainase dada diteruskan beberapa hari lebih lama à untuk mencegah reakumulasi cairan dan untuk meningkatkan pembentukan adhesi pleura viseralis dan parietalis.

Therapi efusi pleura malignan : Radiasi dinding dada, bedah pleurektomi dan terapi diuretik.

Intervensi Keperawatan
  1. Penerapan regimen medis
  2. Menyiapkan dan memposisikan pasien untuk tindakan torasistesis dan memberikan dukungan selama prosedur dilakukan.
  3. Karena pleura yang kena dan akan terjadi nyeri yang hebat à pasien bantu untuk mengambil posisi yang paling sedikit menimbulkan nyeri.
  4. Berikan obat sesuai program medis.
  5. Pantau fungsi system WSD, catat jumlah drainase pada interval yang diharuskan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

EMPIEMA

Pengertian :
Adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam kavitas pleural.
Pada awalnya cairan sedikit, dengan hitung leukosit rendah, ttp seringkali cairan berkembang ke tahap fibropurulen yang akhirnya membungkus paru dalam membrane aksudat yg tebal à terjadi bila abscess paru meluas sampai kavitas pleural.
Empiema bukan merupakan komplikasi lazim infeksi paru à dapat terjadi bila pengobatan terlambat.

Manifestasi Klinis
1.      Demam, berkeringat malam, nyeri pleural, anoreksia dan penurunan BB.
2.      Auskultasi dada tidak terdengarnya bunyi nafas, perkusi dada bunyi datar, penurunan fremitus (vibrasi vocal terdeteksi saat palpasi).
3.      Jika telah dapat antimikroba à manifestasi klinis dapat berubah.
4.      Diagnosis : Rontgen dada & torasentesis.

Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan :
Untuk mengalirkan cairan dalam kavitas pleura dan untuk mencapai ekspansi paru yg sempurna.
Cairan dialirkan dan dberikan antibiotika dengan dosis besar yg sesuai berdasar organisme penyebab.
Streptokinase dapat dimasukkan ke dalam ruang pleura untuk mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

Drainase cairan pleura tergantung tahap penyakit dan dilakukan dengan :
·         Aspirasi jarum (torasentesis) dengan kateter perkutan yg kecil à jika cairan tidak terlalu banyak.
·         Drainase dada tertutup menggunakan selang interkostal dengan diameter besar yang disambungkan ke drainase water seal (WSD).
·         Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang mengalami penebalan, pus, debris serta untuk mengangkat jaringan paru yg sakit di bawahnya.

Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru dan mengganggu ekspansi normal paru à diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortikasi) à selang drainase dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dikeluarkan seluruhnya. Obliterasi komplit ruang pleural dipantau melalui rontgen dada dan pasien beri tahu bahwa pengobatan ini perlu waktu lama.

Intervensi Keperawatan
Kesembuhan empiema adalah proses yg panjang à Atasi kondisi dan instruksikan latihan bernafas (pernafasan dengan bibir dirapatkan dan diafragmatik) à membantu memulihkan fungsi pernafasan normal.
Berikan asuhan spesifik terhadap metoda drainase cairan pleura, spt aspirasi dengan jarum, drainase dada tertutup atau reseksi iga dan drainase.
 

==================================================================

DRAINASE POSTURAL
(DRAINASE BRONKIAL SEGMENTAL)

Adalah suatu tindakan untuk membuang sekresi bronchial dengan cara menggunakan posisi spesifik pada pasien yang memungkinkan gaya gravitasi.
Sekresi dari bronkiolus à mengalir ke bronki à trakea à buang dengan membatukkan/suction.
Drainase postural : untuk menghilangkan / mencegah obstruksi bronchial akibat akumulasi sekresi.

Pasien duduk à sekresi numpuk bagian yang lebih rendah pada paru-paru, postural drainase : pasien dibaringkan scr bergantian dengan posisi yg berbeda à gaya gravitasi membantu mengalirkan sekresi jalan nafas bronchial ke bronki lanjut ke trakea à sekresi dibuang dengan membatukkanya, sekresi akan lebih mudah keluar bantu dengan sebelumnya menghirup agens mukolitik dan bronkodilator.

  • Drainase postural diarahkan untuk semua segmen paru,
  • Sekresi dari bronki lebih rendah dan lobus tengah mengalir lebih efektif jika kepala lebih rendah,
  • Bronki lobus atas mengalir lebih efektif bila kepala tegak

Pasien dibaringkan dalam lima posisi :
  • Satu posisi untuk mendrainase setiap lobus.
  • Kepala lebih rendah
  • Pronasi
  • Lateral kanan dan kiri
  • Dan duduk tegak.

Intervensi Keperawatan
  • Waspadai diagnosis pasien terkait dengan lobus-lobus paru pasien yang terkena, status jantung, dan setiap deformitas structural dinding dada dan tulang belakang.
  • Mengauskultasi dada sebelum dan setelah tindakan sekaligus memberikan umpan balik tentang efektifitas tindakan.
  • Lakukan drainse postural antara 2 – 4 kali sehari t/u sebelum makan (mencegah mual, muntah dan aspirasi) dan saat menjelang tidur.
  • Bila diprogram berikan nebulisasi (bronkodilator & normal salin 0,9 %) sebelum drainase postural à untuk dilatasi bronkiolus, mengurangi bronkospasme, menurunkan kekentalan lendir dan sputum dan mengatasi edema dinding bronchial.
  • Pasien dibuat senyaman mungkin pada setiap posisi.
  • Siapkan bengkok, sputum pot dan kertas tissue.
  • Instruksikan pasien tenang selama 10 – 15 menit setiap posisi dan untuk menarik dengan lambat selalui hidung dan kemudian menghembuskan nafas dengan perlahan dengan bibir yg dirapatkan à membantu mempertahankan jalan nafas terbuka sehingga sekresi dapat dialirkan pada berbagai posisi.


TEKNIK BATUK
Saat posisi batuk, pasien dinstruksikan untuk batuk dan membuang sekresi sbb.:
  1. Mengambil posisi duduk dan membungkuk sedikit ke depan karena posisi tegak memungkinkan batuk lebih kuat.
  2. Bentuk lutut dan panggul fleksi untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi tegangan pada otot-otot abdomen ketika batuk.
  3. Menarik nafas dengan lambat melalui hidung dan menghembuskan malalui bibir yang dirapatkan beberapa kali.
  4. Batuk dua kali selama tiap kali ekshalasi ketika mengkontraksi (menarik ke dalam) abdomen dengan tajam bersamaan dengan setiap kali batuk.
  5. Bila perlu membebat insisi dgn menggunakan sanggaan bantal.

Sekresi mungkin harus dihisap secara mekanis jika pasien tidak mampu untuk batuk.
Bila selesai dilakukan catat : jumlah, warna, kekentalan dan karakter sputum yang keluar serta tanda vital.
Berikan Oksigen selama dilakukan drainase postural.
Jika sputum berbau busuk, lakukan drainase postural di tempat jauh dari pasien lain, gunakan pengharum ruangan. Sebelum pasien berbaring di TT à sikat gigi dan bilas mulut.



PERKUSI DAN VIBRASI DADA

Perkusi = menepuk, yang dimaksud pada bagian dada adalah upaya untuk  melepaskan sekresi kental yang sulit dengan cara dibatukkan.

Vibrasi = pengurutan (masase) dengan getaran secara manual (tangan) pada dada atau Teknik memberikan kompresi dan getaran manual pada dinding dada selama fase ekshalasi pernafasan.

Perkusi dan vibrasi à membantu melepaskan mucus yang melekat pada bronkiolus dan bronki.
Perkusi :
  1. Bentuk telapak tangan seperti mangkuk,
  2. Tepukkan secara ringan pada dinding dada dalam gerakan berirama di atas segmen paru yang sekresinya akan dialirkan.   
  3. Pergelangan tangan secara bergantian fleksi dan ekstensi shg dada dipukul dan ditepuk dengan cara yang tidak menimbulkan nyeri.
  4. Pakaian halus atau handuk letakkan di atas segmen dada yang ditepuk untuk mencegah iritasi dan kemerahan kulit akibat kontak langsung.
  5. Perkusi bergantian dengan vibrasi selama 3 sampai 5 menit untuk setiap posisi.
  6. Pasien menggunakan pernafasan diafragma selama prosedur untuk meningkatkan relaksasi.
  7. Hindari perkusi di atas selang drainase, sternum, tulang belakang, ginjal, limpha, atau payudara.
  8. Hati-hati perkusi pada lansia karena adanya osteoporosis berakibat fraktur iga.

Vibrasi adalah maneuver yg membantu untuk meningkatkan velositas udara yang diekspirasi dari jalan nafas yg kecil, shg dapat membebaskan mucus.
Setelah 3 atau 4 kali vibrasi pasien didorong untuk batuk dengan menggunakan otot-otot abdomen à mengkontraksi otot-otot abdomen meningkatkan efektivitas batuk.

Program batuk dan pembersihan sputum yang dijadwalkan bersama dengan hidrasi akan mengurangi sputum pada pasien.
Jumlah siklus perkusi dan vibrasi diulang tergantung pada toleransi dan respons klinis pasien à bunyi nafas dievaluasi sebelum dan sesudah pelaksanaan prosedur.

Intervensi Keperawatan
  1. Sebelum melakukan tindakan (drainase postural, perkusi dan vibrasi) pastikan pasien dalam keadaan merasa nyaman.
  2. Pasien tidak mengenakan pakaian yg ketat dan tidak selesai makan.
  3. Area yang paling atas dari paru ditangani pertama kali.
  4. Medikasi sesuai ketentuan diberikan untuk meredakan nyeri.
  5. Sebelum perkusi dan vibrasi luka dibalut, gunakan bantal untuk menyangga sesuai kebutuhan.
  6. Posisi bervariasi, namun dofokuskan pada area yang dimaksud.
  7. Lakukan tindakan.
  8. Bila selesai, pasien dibantu untuk mengambil posisi yang nyaman.
  9. Tindakan dihentikan jika : nyeri meningkat, nafas pendek meningkat, kelemahan, kepala pening atau hemoptisis.
  10. Tindakan dilakukan sampai pernafasan normal. Dapat memobilisasi sekresi, bunyi nafas normal, gambaran rontgen dada normal. 


#########################################################################
   
ATELEKTASIS


Pengertian :
Ad/ terjadinya kolaps alveolus, lobus atau unit paru yg lebih besar.

Penyebab :Disebabkan o/ obstruksi Bronkus à sumbatan mengganggu lewatnya udara ke dan dari alveoli (normal menerima udara melalui bronkus).
    Udara yg terperangkap terserap ke dalam pemb. darah, tp udara luar tdk dapat menggantikan udara yg diserap k/ adanya obstruksi à paru yg terisolasi kekurangan udara à ukurannya menyusut dan paru yg lain (sisanya) mengembang berlebihan.

● Dapat menyertai obstruksi Bronkial k/ benda asing at/ sumbatan eksudat yg kental.

● Bisa meningkat k/ supinasi, membalut dada k/ nyeri, depresi pernafasan k/ sedativa, relaksan otot dan distensi abdomen.

● Yang terjadi ak/ obstruksi Bronkial o/ sekresi à penyebab lazim “kolaps massif”, kadang terjadi pd pasien post op & lemah tirah baring à hampir pasti mengalami depresi pernafasan kontinyu bersamaan dgn proses pernafasan yg tdk adequat dan retensi sekresi bronkial.

● Dpt juga terjadi ak/ tekanan pd jaringan paru yg menghambat ekspansi normal pd inspirasi, penyebabnya : penumpukan cairan dlm toraks (effusi pleura), pneumothoraks, pembesaran jantung, distensi perikardium o/ cairan  (effusi perikardial), pertumbuhan  tumor dlm thoraks, kenaikan  diafragma yg mengalami perubahan tempat ke arah atas ak/ TIA (tekanan intra abdominal).

● Yang disebabkan o/ tekanan sering ditemukan pd pasien affusi pleura ak/ gagal jantung at/ infeksi pleura.

Pengkajian :
● Jika kolaps paru terjadi scr mendadak dan jika mengenai sejumlah besar jaringan paru à diperkirakan : dispnea berat, sianosis, prostasi, nyeri pleura, takhikardia dan demam à umum.

● Ps duduk tegak di TT, cemas, sulit bernafas. Dinding dada pd sisi yang sakit sedikit bergerak (jika dpt bergerak), pengembangan berlebihan pd sisi yg berlawanan.

Penatalaksaan :

Tujuan :
Memperbaiki ventilasi dan membuang sekresi, jika atelektasis terjadi sbg ak/ effusi pleura atau tekanan pneumothoraks à cairan atau udara dibuang dgn aspirasi jarum, jika penyebabnya obstruksi bronkial à obstruksi hrs dihilangkan u/memungkinkan udara memasuki kembali bagian paru.

● Jika tindakan tidak berhasil u/ menghilangkan obstruksi à Bronkoskopi. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik mungkin perlu.

Pencegahan :
● Untuk mencegah obstruksi à aspirasi sekresi, mendorong pasien batuk, gunakan nebulizer aerosol, postural drainase & perkusi dada. Program perubahan posisi à merangsang batuk, b/p psn diambulasi à membantu mobilisasi dan membersihkan sekresi.

● Psn stupor, lemah dan sedasi à sering dirubah posisi baring di TT, batuk dan nafas dalam tiap 2 jam à bantu mencegah dan mengatasi atelektasis. Gunakan spirometri intensif atau nafas dalam spontan u/ meningkatkan inspirasi dan mengurangi kemungkinan penutupan jalan nafas.

●Suction nasofaring dan nasotrakeal sangat membantu dalam merangsang pasien u/ batuk à membuang sekresi yg banyak dan kental.   
     


Tidak ada komentar: