ADULT
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS)
(SINDROM GAWAT NAFAS DEWASA)
Dikenal dengan edema paru
nonkardiogenik. Adalah : Sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif
kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius.
·
Biasanya membutuhkan ventilasi mekanis yang lebih tinggi
dari tekanan jalan nafas normal.
·
Terdapat kisaran yang luas dari factor yang berkaitan dgn
terjadinya ARDS termasuk cedera langsung pada paru-paru (seperti inhalasi asap)
atau gangguan tidak langsung pada tubuh (seperti syok).
Faktor-Faktor
Etiologi Yang Berhubungan Dengan ARDS
- Aspirasi
(sekresi lambung, tenggelam, hidrokarbon) ingesti
- Kelainan
haematologik (koagulasi intravaskuler diseminata/DIC) tranfusi massif,
pirau jantung paru).
- Inhalasi oksigen
kosentrasi tinggi berkepanjangan, asap, bahan korosif.
- Infeksi
setempat (pneumonia bakteri, jamur, virus)
- Kelainan
metabolic (pankreatitis, uremia).
- Syok
(sembarang penyebab)
- Trauma
(kontusio paru, fraktur multiple, cedera kepala)
- Bedah
mayor
- Embolisme
lemak atau udara
- Sepsis sistemik.
Patofisiologi
ARDS
- Terjadi
sebagai akibat cedera pada membrane kapiler alveolar yang mengakibatkan
kebocoran cairan ke dalam ruang interstisial alveolar dan perubahan dalam
jaringan-jaringan kapiler.
- Terdapat
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang jelas akibat kerusakan pertukaran
gas dan pengalihan ekstensif darah dalam paru.
- Menyebabkan
penurunan dalam pembentukan surfaktan, mengarah pada kolaps alveolar à komplain paru menjadi sangat menurun (paru kaku) à berakibat penurunan karakteristik dalam kapasitas residual
fungsional, hipoksia berat dan hipokapnea.
- Angka
kematian setinggi 50 % - 60 %, angka hidup sedikit meningkat bila penyebab
dapat ditentukan, pengobatan dini dan penggunaan mesin bantuan nafas.
Kriteria
Diagnostik :
- Gagal
nafas akut
- Infiltrat
pulmonary bilateral pada gambaran rontgen dada.
- Hipoksemia
(PaO3 di bawah 50 - 60 mmHg) oksigen yang dihirup 50 – 60 %.
Penatalaksanaan
Medis
- Mengidentifikasi
dan mengatasi penyebab serta pencegahan infeksi
- Memastikan
ventilasi yang adequate dengan intubasi lanjut pemasangan respirator.
- memberikan
dukungan sirkulasi
- memastikan
volume cairan yang adequate, karena hipotensi sistemik dapat terjadi pada
ARDS akibat kebocoran cairan ke dalam ruang interstitial, pantau status
paru, pemasangan CVP.
- memberikan
dukungan nutrisi yang adequate melalui enteral atau parenteral.
Intervensi
Keperawatan
Karena pasien dalam sakit kritis perlu :
- Pantau
kondisi secara ketat, karena dapat berubah secara cepat menjadi situasi
yang mengancam jiwa.
- Berikan
oksigen adequate, terapi nebulizer mini, fisiotherapi dada, intubasi
endotrachea dan perawatan tracheostomi, penatalaksanaan ventilator.
- Pengkajian
terhadap status pasien untuk mengevaluasi efektivitas tindakan.
- Jika
tidak dipasang ventilasi mekanis, baringkan dalam posisi semi fowler, beri
sanggaan.
- Jika
cairan tidak dibatasi, masukan cairan yang cukup untuk memperbaiki
kahilangan cairan.
- Kurangi
kecemasan pasien.
- Bila
pasien dipasang ventilator, agar pasien tidak menolak mungkin perlu
diberikan sedasi walau nanti ada pengaruh neuromuskuler tapi sementara.
Penghisapan ekskret dilakukan pelan-pelan
- Bila
pasien merasakan adanya rasa nyeri, kolaborasi untuk pemberian analgesic.
- Posisikan
pasien dengan nyaman. Rawat mata pasien karena tidak mampu mengedip.
TUMOR / Ca PARU
Jenis Tumor paru : -
Benigna atau Maligna.
·
Maligna : Timbul dalam paru atau mediastinum (primer)
·
Dari tumor primer dimanapun dalam tubuh (metastasis)
·
Metastasis karena aliran darah yang membawa sel-sel kanker
dari kanker primer yang terjadi di organ lain ke paru dan tumbuh dalam dan
diantara alveoli dan bronchi mendorong alveoli dan bronki sejalan dengan
pertumbuhannya, yang terjadi selama waktu yang lama.
·
Bisa bergejala atau tidak sama sekali.
·
Tumor berasal dari : epithelium bronchial, adenoma
bronchial (tumor yg tumbuh lambat, biasanya benigna, sangat vaskuler sehingga
mudah menimbulkan gejala perdarahan dan obstruksi bronkial).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor
malignan yang timbul dari bronkus sifatnya epidermoid, biasanya terletak dalam bronki
yang besar, mungkin adenokarsinona yang timbul jauh di luar paru.
Patogenesis Kanker Paru
1.
Merupakan pembunuh nomor satu diantara pria di USA.
2.
Kejadian meningkat pada wanita dibanding pria, sekarang
melebihi angka kejadian kanker payudara dan merupakan penyebab kematian paling
umum pada wanita.
3.
70 % pasien kanker paru mengalami penyebaran ke tempat
limfatik regional dan tempat lain saat didiagnostik.
4.
Berakibat angka survival pasien kanker paru sangat rendah.
5.
Karsinoma cenderung timbul di tempat jaringan parut
sebelumnya seperti bekas TBC atau fibrosis paru.
6.
Dapat dicegah jika merokok dihilangkan.
Klasifikasi
dan Pentahapan
Empat jenis sel utama kanker paru :
- Karsinoma
epidermoid (sel squamosa)
- Karsinoma
sel kecil (sel oat)
- Adenokarsinoma
dan
- Karsinoma
sel besar
Banyak tumor yang mengandung lebih
dari satu jenis sel, jenis sel yang berbeda bereaksi secara berbeda dan
prognosisnya berbeda pula. Prognosis tampak lebih baik pada kanker epidermoid
dan adenokarsinoma, tumor sel kecil (sel oat) prognosis buruk.
Tahapan tumor mengacu pada ukuran
tumor, apakah : nodus limfe terkena dan apakah kanker telah menyebar.
Pentahapan ditentukan oleh : biopsi jaringan,
biopsy nodus limfe dan mediastinoskopi, dan pentahapan membantu menentukan apakah
tumor harus diangkat.
Faktor Risiko
- Asap
tembakau
- Perokok
(kedua) pasif
- Polusi
udara
- Radon
- Masukan
Vit A tidak adequate.
Asap
tembakau
Menyebabkan lebih dari satu setiap 6 kematian
(USA) akibat penyakit paru dan kardiovaskuler.
Kanker paru à 10 kali lebih
umum terjadi pada perokok dibanding yang tidak.
Makin muda individu merokok makin besar risiko
terjadinya kanker paru.
Faktor lain yang dipertimbangkan : jenis rokok
(kandungan tar, filter/tidak).
Perokok
kedua (pasif)
Diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin
dari kanker paru karena terpajan asap rokok dalam tempat tertutup (gedung,
mobil) à dilarang.
Polusi
udara
Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam
atmosfer, termasuk sulfur, emisi kendaraan bermotor dan polutan dari pengolahan
dan pabrik. Bukti menunjukkan insiden kanker paru lebih besar di perkotaan
akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.
Pemajanan okupasi
Pemajanan kronik terhadap karsinogen industrial
seperi : Arsenik, asbeston, gas mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel,
minyak dan radiasi telah dikaitkan dengan kanker paru.
Radon
Adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau
yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan.Bertahun-tahun gas ini telah dikaitkan
dengan pertambangan uranium yang sekarang dapat menyusup ke dalam rumah melalui
bebatuan dan dasar tanah. Kadar 4 pikocuri/L terjadi kanker paru.
Vitamin
A
Riset menunjukkan bahwa terdapat hubungan diet
rendah vit A dan terjadinya kanker paru, dengan postulat bahwa vit A berkaitan
dengan pengaturan diferensiasi sel.
Faktor
lain
Predisposisi genetic dan penyakit
pernafasan lain seperti PPOM dan TBC yang mendasari. Kombinasi factor risiko :
terutama merokok sangat meningkatkan risiko terjadinya kanker paru.
Manifestasi
klinis
Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai
:
1.
lapisan saluran pernafasan,
2.
parenkim paru
3.
pleura atau dinding dada.
Penyakit terjadi secara lambat,
sering asimptomatis sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor,
tingkat obstruksi dan keluasan metastase ke tempat regional atau jauh.
Gejala
kanker paru yang paling sering :
1.
Batuk, mungkin akibat iritasi masa tumor,
2.
Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan
dengan merokok.
3.
Batuk mulai sebagai batuk kering (hacking) tanpa membentuk
sputum ttp berkembang sampai titik bentuk sputum yang kental, purulen dalam
berespons thd infeksi sekunder.
4.
Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan
terhadap kanker paru.
5.
Mengi terjadi bila bronkus menjadi tersumbat sebagian oleh
tumor à 20 % pasien kanker paru.
6.
Batuk bisa bersemu darah karena sputum melalui permukaan
tumor yang mengalami ulserasi.
7.
Demam.
8.
Infeksi pernafasan berulang à curigai kanker
paru.
9.
Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering karena metastasis
ke tulang.
10. Nyeri dada dan sesak adanya
tumor menyebar ke struktur dekat nodus limfe regional.
11. Serak karena menyerang
saraf laringeal.
12. Edema kepala dan leher,
gejala efusi pleura atau pericardial.
13. Tempat metastase : nodus
limfe, tulang, otak, paru kontra lateral dan kelenjar adrenal.
14. Gejala umum : Kelemahan,
anoreksia, penurunan BB, anemia pada akhir penyakit.
Evaluasi
Diagnostik
- Rontgen
dada à melihat
: densitas paru, nodul perifer soliter (lesi koin), atelektasis dan infeksi
.
- Pemeriksaan
sitologi sputum baru à mencari sel-sel maligna.
- Bronkoskopi
à
identifikasi sel-sel maligna, kira-kira keluasan pembedahan.
- Bronkofibroskopi
fluoresen à
mendeteksi kanker bronkogenik kecil secara dini.
- Hematoporfofirin disuntikan,
diserap oleh sel-sel maligna yang tampak sebagai kilauan fluorsenes merah
ketika diperiksa dibawah sinar ultraviolet.
- Pemindaian/sidik
paru dan tulang atau sumsum tulang à deteksi metastasis pada tulang.
- Pemindaian
hepar dan saraf pusat à apakah telah menyebar ke hepar atau otak.
- CT scan
dan pencitraan resonan magnetic (MRI) à deteksi system tubuh yang terkena.
- Mediastinoskopi
à apa/
menyebar ke nodus limfe hilus paru kanan, mediastinotomi à apa/ menyebar ke paru kiri.
- Pembedahan
: sebelumnya evaluasi untuk menentukan ap/ tumor dapat direseksi dan ap/
kerusakan akibat operasi dpt ditoleransi.
- Uji
fungsi paru dan pemindaian perfusi fungsi untuk menentukan apa/ pasien
punya persediaan paru untuk hidup setelah pembedahan
Pertimbangan
Gerontologi
Kanker paru bisa terjadi pada
lansia, penyakit arteri koroner atau insufisiensi
paru merupakan kontraindikasi tind. Bedah. Bila bagus pembedahan dapat
ditoleransi dengan baik.
Penatalaksanaan
Medis
1. Pengobatan tgt tipe sel,
tahap penyakit, status fisiologi (t/u jantung & paru), bisa pembedahan, terapi
radiasi, kemoterapi dan imunoterapi, bisa terpisah
atau kombinasi.
2. Pembedahan : Reseksi 3 tipe
à Lobektomi (satu lobus diangkat), lobektomi sleeve (lobus
yang mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus besar direseksi),
pneumonektomi (angkat seluruh paru), Bedah sangat jarang yang sembuh sempurna.
3. Terapi radiasi : Kesembuhan
dengan presentasi kecil, untuk mengendalikan tumor yang tidak bisa dioperasi tp
responsive terhadap radiasi. Yang tidak dapat dioperasi jadi bisa dioperasi,
untuk paliatif, mengendalikan metastasis, menghilangkan batuk, nyeri dada,
dispnea, hemoptisis, nyeri tulang dan hepar. Sifatnya toksis bagi jaringan
normal dengan komplikasi : esofagitis, pneumonitis, fibrosis paru à merusak
kapasitas ventilasi dan difusi, mengurangi ketersediaan paru. Pengaruh terhadap jantung. Selama radiasi pantau
status nutrisi dan psikologis pasien karena adanya anemia
dan infeksi.
4. Kemoterapi : Untuk
mengganggu pola pertumbuhan tumor, melengkapi bedah dan radiasi. Agens
pangkelat (ifosfamid), platinum analogus (cisplantin dan karbiplatin),
mitomisin C, vinka alkaloid (vinblastin dan vindesin) dan etoposid (V-16) à pilihan tgt
pada pertumbuhan sel tumor dan fase spisifik siklus sel, agens toksik dan batas
keamanan yang sempit. Kemoterapi memberi peredaan t/u nyeri ttp tidak
menyembuhkan dan jarang dpt memperpanjang hidup, bermanfaat dalam mengurangi
gejala tekanan kanker paru dan perikardium.
Potensial
Komplikasi
1. Reseksi bedah dpt berakibat
gagal nafas
2. Radiasi berakibat penurunan
fungsi jantung paru
3. Fibrosis paru, perikarditis,
mielitis dan Cor pulmonal sebagian kompliasi yang diketahui.
4. Kemoterapi t/u kombinasi
radiasi à pneumonitis, kemoterapi à toksisitas
paru, leukemia.
Intervensi
Keperawatan
·
Asuhan keperawatan sama dengan penderita kanker organ lain,
perhatian khusus difokuskan pd manifestasi pernafasan dari penyakit.
·
Penatalaksanaan jalan nafas diperlukan untuk mempertahankan potensi jalan nafas melalui
pembuangan sekresi atau eksudat.
·
Bimbingan nafas dalam dan batuk, terapi aerosol dan
ventilasi mekanik perlu untuk membantu kelancaran pernafasan.
·
Perhatikan aspek psikologis pasien
karena dia menghadapi issu selama perjalanan penyakit.
PENYAKIT
PARU OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM/PPOK/COPD)
Pengertian PPOM :
- Adalah
klasifikasi luas dari gangguan yg mencakup :
1. Bronchitis kronis,
2. Bronkiektasis
3. Emfisema dan
4. Asma
- Merupakan
kondisi ireversibel yg berkaitan dgn dispnea saat aktifitas dan penurunan
aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
- Merupakan
penyebab kematian ke 5 terbesar di AS.
- Menyerang
lebih dari 25 % populasi dewasa.
Patofisiologi PPOM
-
Obstruksi jalan nafas yang menyebabkan reduksi aliran udara
beragam tgt pada penyakit.
-
Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, penumpukan lendir
dan sekresi yg sangat banyak menyumbat jalan nafas.
-
Pd emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh
overekstensi ruang udara dalam paru.
-
Pd asma, jalan nafas bronchial menyempit dan membatasi
jumlah udara yang mengalir ke dlm paru-paru.
-
Protokol pengobatan tertentu digunakan dalam semua kelainan
ini, meski patofisiologi dari masing-masing kelainan membutuhkan pendekatan
spesifik.
·
Dianggap sbg penyakit yg b/d interaksi genetic dengan
lingkungan. Merokok, polusi udara dan pemajanan di tempat kerja (thd batu bara,
kapas, padi-padian) mrpk factor risiko penting yg menunjang pd terjadinya
penyakit ini.
·
Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20 – 30
tahunan.
·
Juga ditemukan terjadi pada individu yg tidak mempunyai
enzim yang normal mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu.
·
Tampak timbul cukup dini dalam kehidupan dan mrpk kelainan
yg mempunyai kemajuan lambat yg timbul bertahun-tahun sbl awitan gejala-gejala
klinis kerusakan fungsi paru.
·
Sering menjadi simptomatis selama tahun-tahun usia baya,
ttp insidensnya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Kapasitas vital dan
volume ekspirasi menurun sejalan dengan peningkatan usia.
·
Memperburuk thd fisiologi yang berkaitan dgn penuaan dan
mengakibatkan obstruksi jalan nafas à dlm bronchitis, dan kehilangan daya kembang
elastic paru (pada emfisema) shg terdapat perubahan tambahan rasio ventilasi –
perfusi pd pasien lansia dgn PPOM.
Pengkajian
-
Mencakup pengumpulan informasi ttg gejala-gejala terakhir dan penyakit
sebelumnya.
-
Tanya :
·
Sudah brp lama mengalami kesulitan pernafasan ?
·
Apakah aktifitas yg meningkatkan dispnea ? jenis aktifitas apa ?
·
Brp jauh batasan pasien thd toleransi aktifitas ?
·
Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan
sesak nafas ?
·
Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh ?
·
Apa yg pasien ketahui ttg penyakit dan kondisinya ?
-
Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan
pemeriksaan, pertimbangkan pertanyaan berikut :
·
Brp frekuensi nadi dan pernafasan ?
·
Apakah pernafasan sama dan tanpa usaha ?
·
Apakah pasien mengkontraksi otot abdomen selama inspirasi ?
·
Apakah pasien menggunakan otot-otot aksesori pernafasan
selama pernafasan ?
·
Apakah tampak sianosis ?
·
Apakah vena leher pasien tampak membesar ?
·
Apakah pasien mengalami edema perifer ?
·
Apakah pasien batuk ?
·
Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien ?
·
Bagaimana status sensorium pasien ?
·
Apakah terdapat peningkatan stupor ? kegelisahan ?
Diagnosa
Keperawatan
1. Gg. Pertukaran gas b/d
ketidaksamaan venltilasi-perfusi.
2. Bersihan jalan nafas tidak
efektif b/d bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mucus, batuk tidak
efektif dan infeksi bronkopulmonal.
3. Pola nafas tidak efektif
b/d nafas pendek, mucus, bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas.
4. Kurang perawatan diri b/d
keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernafasan dan
insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
5. Intoleransi aktifitas
akibat keletihan, hipoksemia dan pola pernafasan tidak efektif.
6. Koping individu tdk efektif
b/d kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat efektifitas rendah dan ketidakmampuan untuk bekerja.
7. Defisit pengetahuan tentang
prosedur perawatan diri yg akan dilakukan di
rumah.
Masalah
Perlu Kolaboratif
Potensial Komplikasi (yang mungkin dapat
terjadi) ;
-
Gagal nafas
-
Atelektasis =paru kolaps
-
Pneumonia
-
Pneumothorax
-
Hipertensi paru
Perencanaan
dan Implementasi
Tujuan :
1. Perbaikan pertukaran gas
2. Tidak terjadi gangg. Jalan
nafas
3. Perbaikan pola nafas
4. Kemandirian dalam aktifitas
perawatan diri
5. Perbaikan dalam kemampuan
koping
6. Kepatuhan pda program
terapeutik dan perrawatan di rumah
7. Tidak adanya komplikasi
Intervensi
Keperawatan
1. Memperbaiki pertukaran gas
:
-
Pantau dispneu dan hipoksia
-
Kolaborasi pemberian obat bronchodilator dlm bentuk aerosol/nebulizer dilanjutkan dengan menghisap moistur
untuk mengencerkan secret & kortikosteroid
-
Bimbing pasien untuk melakukan batuk efektif dan lakukan
postural drainage (perkusi & vibrasi).
-
Pantau pemberian oksigen t/u kepatuhan menggunakan nasal
kanule
-
Berikan penyuluhan tentang bahaya merokok.
-
Pantau intake cairan (upayakan 6 – 8 gls/hr) à mengencerkan
sekresi.
2. Mencegah infeksi Bronkopulmonal
-
Pantau sputum yang dikeluarkan pasien : jumlah, warna
-
Kolaborasi pemberian obat antibiotika sesuai sensitivity
test)
-
Hindari polusi udara dan kelembaban udara
3. Latihan bernafas
-
bimbing untuk merubah nafas dada atas dengan nafas diafragmatik
à mengurangi frekuensi pernafasan, meningkatkan ventilasi
alveolar dan membantu mengeluarkan udara sebanyak mungkin selama ekspirasi.
-
Bimbing bernafas dengan bibir dirapatkan à melambatkan
ekspirasi, mencegah kolaps unit paru, membantu pasien mengendalikan frekuensi
& kedalaman pernafasan dan untuk rileks.
4. Mengatur
aktifitas :
-
Untuk menghindari keletihan atau distress pernafasan.
-
Awali dengan bergerak-gerak ditempat sekitar setengah jam.
-
Rencanakan aktifitas perawatn diri dan waktu tepat untuk mandi
dan berpakaian.
5. Latihan otot
pernafasan :
-
Bimbing bernafas diafragmatik dan bernfas terhadap suatu
tahanan selama 10-15 menit/hr à lanjutkan di rumah.
6. Malakukan
aktifitas perawatan diri :
-
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri
bila pola nafas sudah membaik.
-
Ajarkan pasien untuk mencoba mengkoordinasikan pernafasan
diafragmatik dengan aktifitas spt : berjalan, mandi, membungkuk, menaiki tangga
bertahap, berpakaian, istirahat untuk menghindari keletihan.
7. Meningkatkan pengkondisian fisik :
-
Lakkan treadmill, sepeda statis, latihan berjalan à siapkan oksigen
portabel.
-
Hindari suhu yang ekstrim.
8. Peningkatan koping
:
-
Berikan dorongan untuk beraktifitas à jangan sampai
letih.
-
Tingkatkan harga diri pasien.
-
Lakukan terapi kelompok, program penghentian merokok
Evaluasi
:
Hasil yang diharapkan ;
1. Menunjukkan perbaikan
pertukaran gas :
-
Tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan, konfusi,
agitasi.
-
Mempunyai nilai gas arteri stabil
2. Mencapai bersihan jalan
nafas
- Berhenti merokok
- Menghindari bahan yang merangsang dan suhu yg eksrim
- Meningkatkan masukan cairan
hingga 6-8 gelas/hr
- Melakukan drainage postural
yang benar
- Mengetahui tanda dini
infeksi à laporkan bila terjadi
3.Memperbaiki pola nafas
- Berlatih dan menggunakan
pernafasan diafragmatis dan bibir dirapatkan.
4. Melakukan aktifitas perawatn diri dalam batasan toleransi.
- Mengatur aktifitas untuk
menghindari keletihan
- Menggunakan pernafasan
terkendali ketika melakukan aktifitas.
5. Mencapai
toleransi aktifitas dan melakukan latihan serta melakukan aktifitas dengan
sesak nafas lebih sedikit.
6. Mendapatkan
mekanisme koping yang efektif serta ikut serta dalam program rehabilitasi paru.
7. Patuh terhadap program terapi
- Mengikuti regimen
pengobatan yang diharuskan
- Berhenti merokok
- Mempertahankan tingkat
aktifitas yang dapat diterima.
8. Bebas dari komplikasi :
- Menunjukkan tidak adanya
bukti-bukti gagal atau insufisiensi pernafasan.
- Mempertahankan gas darah yg
sesuai.
- Tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi.
A S M A (ASTHMA)
Pengertian :
Adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten, reversible dalam hal ini trakea dan bronki berespons dalam secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Manifestasinya :
7. Penyempitan jalan nafas yg
mengakibatkan dipsnea, batuk
dan mengi.
8. Tingkat penyempitan jalan
nafas dapat berubah secara spontan atau karena terapi.
9. Beda dengan penyakit paru
obstruksi à asma proses reversible.
10. Akut dapat terjadi,
berlangsung bbrp menit sampai jam, diselingi oleh periode bebas gejala.
11. Jika asma dan bronchitis
terjadi bersamaan à obstruksi jadi gabungan : bronkitis asmatik
kronik.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia,
50 % terjadi pada anak-anak, sepertiga pada sebelum usia 40 th.
Asma sangat mengganggu aktifitas kehidupan dan
dapat berakibat fatal.
Jenis asma :
- Asma
alergik à sebab
allergen : serbuk sari, bulu/binatang, amarah, makanan dan jamur.
Kebanyakan alergen terdapat di udara
dan musiman.
Biasanya mempunyai riwayat keluarga yg alergik dan riwayat masa lalu eczema atau
rhinitis alergik.
Pemajanan thd allergen mencetuskan
serangan asma.
Anak-anak dengan asma alergik dapat
mengatasi kondisi sampai masa remaja.
- Asma
idiopatik/nonalergik à tdk berhubungan dgn allergen spesifik.
Pencetus serangan : Common cold,
infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan.
Bbrp agens farmakologi : aspirin,
agens anti inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, agens sulfit (pengawet
makanan).
Serangan lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan
emfisema.
Bisa menjadi asma gabungan à paling umum,
karakteristiknya betuk idiopatik atau nonalergik.
Patofisiologi
Asma : obstruksi
jalan nafas diffus reversible, obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari :
1. kontraksi otot-otot yang
mengelilingi bronki, yg menyempitkan jalan nafas.
2. pembengkakan membrane yang
melapisi bronki.
3. pengisian bronki dengan
mucus yang kental.
4. otot-otot bronchial dan
kelenjar mukosa membesar, sputum yg kental banyak dihasilakn dan alveoli
menjadi hiperinflasi dengan udara terperangkap dalam jaringan paru.
Bbrp individu dengan asma mengalami repons imun
yang buruk thd lingkungan, antibody yang dhasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast
dlm paru.
Pemajanan ulang thd antigen mengakibatkan ikatan
antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk-produk sel-sel mast
(disebut mediator) spt histamine, bradikinin, prostaglandin dan anafilaksis
dari substansi yang bereaksi lambat.
Pelepasan mediator ini dlm jaringan paru
mempengaruhi otot polos dan kelenjar nafas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membrane mukosa dan pembentukan mucus yg sangat banyak.
Manifestasi Klinik
Tiga gejala umum asma : batuk, dispnea dan
mengi. Pada bbrp keadaan batuk mngkin satu-satunya gejala.
Serangan asma sering pada malam hari,
penyebabnya tidak jelas, mungkin variasi yg mempengaruhi ambang reseptor jalan
nafas.
Serangan bermula mendadak dgn batuk, rasa sesak
dalam dada, pernafasan lambat, mengi. Ekspirasi lebih susah dan panjang
disbanding inspirasi à mendorong pasien duduk tegak dan menggunakan otot
pernafasan.
Jalan nafas yg tersumbat menyebabka dispnea,
batuk awalnya susah dan kering ttp segera menjadi > kuat. Sputum yg mukus sedikit mengandung gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan
dengan susah payah.
Terjdi sianosis sekunder thd hypoksia hebat,
gejala retensi CO2, berkeringat, takikardia dan pelebaran tekanan nadi.
Serangan bisa 30 mnt s/d bbrp jam dan dapat
hilang dgn spontan.
Meski serangan asma jarang dan fatal, kadang
terjadi reaksi kontinu yg lebih berat à “status asmatikus” à mengancam hidup.
Reaksi alergik lainnya yang menyertai : eczema,
ruam, edema temporer.
Serangan bisa terjadi
secara periodic setelah pemajanan thd allergen spesifik, obat-obatan ttt,
latihan fisik, kegairahan emosional.
Evaluasi Diagnostik
- Tidak ada satu test yg dapat menegakkan
diagnosis asma.
- Yang dapat mengungkap factor pencetus : Riwayat kesehatan
pasien & keluarga à asma, lingkungan à perubahan
musim/iklim, jumlah serbuk sari yg tinggi, bulu binatang, riwayat pekerjaan à b/d kimia
(plastic), debu kayu/sayuran, obat-obatan dll.
- Tes kulit positif sampai adanya reaksi lepuh yg hebat à mengidentifika
si allergen spesifik.
- Rontgen à pada periode akut : hiperinflasi dan pendataran
diafragma.
- Pemerikasan sputum
dan darah : eosinofilia naik. Kadar serum IgE me ningkat pd asma alergik.
Sputum à jernih berbusa (alergik), kental dan putih à nonalergik.
- Gas darah arteri : akut à hipoksia, awal
: hipokapnea, respirasi alkalosis, PCO2 rendah.
Fungsi pulmonal biasanya normal antar serangan. Selama
serangan akut tdpt peningkatan kapasitas paru total (TLC).
Terapi Medikasi
- Agonis
Beta (agens B-adrenergik) : Th/ awal à mendilatasi otot-otot polos bronchial dgn meningkatkan gerakan
siliaris. Co/ : nefrin, albuterol, metaprotenerol, isoprotenerol,
isoetharine, terbutalin à parenteral / inhalasi.
- Metilsantin
: Aminofilin/theofilin à bronkodilatasi.
- Antikolinergik
: Atropin à efek
samping tidak baik, derivatnya : atropine metilnitrat, ipratropium bromide
(atropen) à
bronkodilator baik minimal efek samping.
- Kortikosteroid
: hydrokortison IV penting pada asma. Oral : prednisone, prednisolon.
Inhalasi : beklometason, deksametason à mengurangi inflamasi dan bronkostriktor. Diberi berkepanjangan
à ulkus
peptikum, osteoporosis, katarak.
Pencegahan
12. Hindari agen penyebab setiap
saat.
Komplikasi
13. Fraktur iga, pneumonia,
atelektasis, hipoksemia, dehydrasi ak/ diafo
resis.
Intervensi Keperawatan
1. Pemenuhan kebutuhan cairan
(periksa turgor kulit)
2. Pemberian oksigen secara adequat.
3. Hindari iritan
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. Ruangan diusahakan tenang
6. Gunakan alat tidur yang non
alergenik
7. Pemberian obat ekspektoran
& bronkodilator (inhalasi)
=================================================================
BRONKITIS
KRONIK
Definisi :
Adanya batuk produktif yang berlangsung selama 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.
- Sekresi
yang menumpuk dalam brokioles mengganggu pernafasan yang efektif.
- Merokok
atau pemajanan dari polusi à penyebab utama bronchitis kronis.
- Pasien
dengan bronchitis kronis lebih rentan thd kekambuhan infeksi saluran
pernafasan bawah.
- Sering
terjadi pada musim dingin.
- Menghirup
udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospame bagi mereka yang rentan.
Etiologi
: Infeksi karena virus, bakteri
dan mikoplasma yang luas.
Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan
hipereksresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan,
kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya
à fungsi silia menurun dan lebih benyak lendir yang
dihasilkan, akibatnya bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat à alveoli yang
berdekatan dgn bronkioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis à mengakibatkan
perubahan fungsi makrofag alveolar (penting dalam menghancurkan pertikel asing
termasuk bakteri) à pasien menjadi lebih rentan thd infeksi pernafasan. Penyempitan bronchial
terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadi dlm jalan nafas. Bisa terjadi
perubahan paru yang ireversibel à bisa tejadi empisema dan bronkiektasis.
Manifestasi klinis
Batuk produktif, pada bulan-bulan musim dingin
muncul tanda dini bronchitis kronis, batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca
yang dingin, lembab dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat merokok,
dan sering mengalami infeksi pernafasan.
Evaluasi Diagnostik
Riwayat yang lengkap (keluarga, pemajanan thd :
lingkungan, bahan-bahan iritan), riwayat pekerjaan termasuk kebiasaan merokok
(jumlah bungkus perhari).
Periksa gas darah arteri, Rontgen dada dan
pemeriksaan : fungsi paru, haemoglobin dan hematokrit.
Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan penurunan
kapasitas vital (VC), volume ekspirasi kuat (jumlah udara yang diekhalasi),
peningkatan volume residual (RV) à udara yang tersisa dalam paru-paru setelah
ekhalasi maksimal, kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat.
Analisa gas darah bisa hipoksia dengan
hiperkapnea. Hematokrit dan hemoglobin meningkat.
Rontgen dada à pembesaran
jantung, diafragma normal, atau mendatar.
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan utama : menjaga agar bronkiolus
terbuka dqan berfungsi utk : membuang sekresi bronchial, mencegah infeksi dan
kecacatan.
Catat : perubahan pola sputum (sifat, warna,
jumlah, ketebalan) dan pola batuk.
Pemberian antibiotic berdasar uji kultur dan
sensitivitas.
Bronkodilator untuk membuang sekresi bronchial
& menghilangkan bronkospasme à mengurangi obstruksi jalan nafas à oksigen mencu kupi
dan ventilasi alveolar baik.
Postural drainage & perkusi dada setelah
pengobatan t/u jika bronkiek tasis.
Pemberian cairan oral & parenteral untuk hidrasi à mengencerkan sekresi
à mudah keluar dibatukkan.
Kortikosteroid untuk terapi lebih lanjut.
Pasien harus menghentikan merokok à penyebab
bronkokonstriktisi, melumpuhkan silia (penting untuk membuang partikel iritan)
dan menginaktivasi surfaktan (berperan penting untuk mengembangkan /elastisitet
paru)
Pencegahan
Terhadap kekambuhan dgn menghindari iritan
pernafasan (t/u asap tembakau).
Immunisasi untuk agen virus penyebab infeksi
saluran pernafasan à vaksin influenza & untuk S. Pneumonia.
Yang sudah terkena terapi antimikroba sesuai
hasil kultur dan sensitivitas t/u sputum yang purulen.
==================================================================
BRONKIEKTASIS
Definisi : Adalah dilatasi bronki dan bronkhiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi,
termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkhus, aspirasi
benda asing, muntahan, atau benda dari saluran pernafasan atas, tekanan akibat
tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan pembesaran nodus limfe.
Predisposisi : Infeksi pernafasan masa anak, campak,
influenza, Tbc dan gangguan imunodefisiensi.
Dapat terjadi post operasi bila pasien tidak mampu untuk
batuk efektif à lendir menyumbat yang mengarah ke
atelektasis.
Patofisiologi
Infeksi merusak dinding bronchial à menyebabkan
kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya
dapat menyumbat bronki à dinding bronchial menjadi teregang secara
permanen akibat batuk hebat. Infeksi meluas ke jaringan peribronkial à bisa terjadi
abses paru.
Retensi sekresi dan obstruksi à alveoli
mengalami kolaps (atelektasis).
Jaringan fibrosis akibat reaksi inflamasi
menimbulkan insufisiensi pernafasan dengan : penurunan kapasitas vital,
penurunan ventilasi dan peningkatan rasio volume residual thd kapasitas paru
total à terjadi kerusakan campuran gas yang diinspirasi (ketidakseimbangan ventilasi – perfusi) dan hipoksemia.
Manifestasi
Klinis
Batuk kronik, pembentukan sputum purulen dalam
jumlah yang sangat banyak.
Specimen sputum akan membentuk lapisan : atas
berbusa, tengah bening, bawah berpartikel tebal. Sebagian besar pasien
mengalami hemoptisis, pasien mengalami infeksi paru berulang.
Gejala bronkiektasis hampir sama dengan
bronchitis kronis (d/ tidak mudah).
Tanda pasti : Riwayat batuk produktif yang
berkepanjangan, sputum negative tuberkel basil.
Diagnosa : Bronkografi, bronkoskopi CT Scan à menunjukan
ada/tidak adanya dilatasi bronchial.
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan à mencegah &
mengontrol infeksi, meningkatkan drainase bronchial untuk membersihkan bagian
paru yang sakit atau dari sekresi yang berlebihanà antimikroba ß kultur sputum
dan sensitivitas test.
Program pengobatan antibiotic yang berbeda dan interval yang
berganti an dalam 1 tahun, diresepkan sepanjang musim dingin atau bila terjadi
ISPA.
Vaksinasi influenza dan Pneumonia Pneumokokus.
Drainase postural dari tubabronkial dengan
gravitasi mengurangi jmlah sekresi dan tingkat infeksi. Kadang sputum
mukopurulen hrs dibuang dengan bronkoskopi.
Daerah dada yg sakit
diperkusi (ditepuk-tepuk) untuk melepaskan sekresi.
Bronkodilator B-adrenergik bila mengalami
obstruksi jalan nafas. Aerosol nebulizer untuk mengencerkan sputum + pemberian
pemenuhan cairan oral.
Pasien hentikan merokok à merusak
drainase bronchial, melumpuhkan siliaris, meningkatkan sekresi bronchial,
menyebabkan inflamasi membrane mukosa à mengakibatkan hyperplasia kelenjar mukosa.
Intervensi Bedah
Mengangkat jaringan paru yang sakit (lobektomi)
atau seluruh : pneumonektomi à jarang dilakukan, hanya bagi pasien yang secara
kontinu mengeluarkan sputum yang sangat besar dan mengalami pneumonia dan
hemoptisis. Tujuan : untuk menjaga jaringan paru yg sehat dan menghindari
komplikasi infeksius.
Bronkografi untuk melihat gambaran segmen paru.
Suction melalui bronkoskop untuk mengluarkan
sekresi.
Terapi antibacterial diberikan sesuai hasil
kultur dan sensitivitas.
==================================================================
EFFUSI PLEURAL
Pengertian
Yaitu pengumpulan cairan dalam ruang pleura (antara
permukaan viseral dan parietal), proses penyakit primer yang jarang terjadi, biasanya
merupakan penyakit skunder terhadap penyakit lain.
Normal : ruang pleural mengandung sejumlah kecil
cairan (5 – 15 ml), fungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi.
Pada gangguan tertentu, cairan dapat berkumpul dalam
ruang pleural dan penumpukan ini dapat menjadi bukti secara klinis dan hampir
selalu merupakan signifikan patologi.
Efusi dapat terjadi atas cairan yang relative
jernih bisa transudat atau eksudat atau dapat mengadung darah atau purulen.
Transudat
Filtrat plasma yg mengalir menembus dinding
kapiler yang utuh à terjadi bila factor-faktor yg mempengaruhi
pembentukan dan reabsorpsi cairan pleura terganggu, biasanya oleh
ketidakseimbangan tekanan hydrostatik dan onkotik, menandakan bahwa kondisi spt
ascites atau peny. Sistemik spt gagal jantung kongestif atau gagal ginjal
mendasari penumpukan cairan.
Eksudat
Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau
kavitas, biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri atau tumor yang mengenai permukaan pleural.
Penyebab
Efusi pleural mungkin merupakan komplikasi dari
:
1. Gagal jantung kongestif
2. TBC
3. Pneumonia
4. Infeksi paru t/u o/k virus
5. Sindrom nefrotik
6. Penyakit jaringan ikat
7. Tumor/neoplastik
8. Karsinoma bronkogenik
adalah malignansi yang paling umum berkaitan dengan efusi pleura,
Efusi pleura juga dapat tampak pada sirosis
hepatic, embolisme paru dan infeksi parasitic.
Manifestasi
klinis
Biasanya disebabkan oleh karena penyakit dasar
spt :
Pneumonia : Demam, menggigil, nyeri dada pleuritis.
Efusi malignan : dispnea dan batuk.
Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala.
Efusi yang luas akan menyebabkan sesak nafas.
Area yang mengandung cairan atau menunjukkan
bunyi nafas minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat
diperkusi. Egovoni akan terdengar diatas area efusi.
Deviasi trakea menjauh tempat yang sakit dapat
terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleura yang signifikan.
Bila terjadi efusi pleura yang kecil sampai
sedang, dispnea mungkin tidak terdapat.
Keberadaan cairan dikuatkan dengan :
-
Rontgen dada, Ultrasound, pemeriksaan fisik dan
torakosintesis Fungsi dada.
-
Cairan pleural : Dianalisis
dgn kultur bakteri, pewarnaan Gram à basil tahan asam à Tbc, hitung sel
darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat
dehidrogenase (LDH), protein, analisis sotilogi untuk sel-sel malignan, dan pH.
-
Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.
Penatalaksanaan
Medis :
T/ pengobatan untuk : menemukan penyebab dasar,
mencegah penumpukan kembali cairan, dan u/ menghilangkan ketidak nyamanan serta
dispnea.
Pengobatan spesifik ditu/ pada penyebab dasar :
gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis (Cirrhosis Hepatis).
Torasentesis
à u/ membuang cairan, mendapatkan specimen u/ dianalisis dan
u/ menghilangkan dispnea.
Bila penyebab malignansi, efusi pleural dapat
terjadi lagi bbrp hari atau minggu. Torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein
dan elektrolit dan kadang-kadang terjadi pneumotoraks à pasang WSD à evaluasi ruang
pleura dan pengembangan paru.
Tetrasiklin à dimasukkan ke
dalam ruang pleural untuk menghilangkan dan mencegah akumulasi cairan lebih
lanjut, selanjutnya selang dada diklem dan pasien dibantu untuk mengambil
posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan untuk memaksimalkan
kontak agens dengan permukaan pleura. Klem dilepaskan dan drainase dada
diteruskan beberapa hari lebih lama à untuk mencegah reakumulasi cairan dan untuk
meningkatkan pembentukan adhesi pleura viseralis dan parietalis.
Therapi efusi pleura malignan : Radiasi dinding
dada, bedah pleurektomi dan terapi diuretik.
Intervensi Keperawatan
- Penerapan
regimen medis
- Menyiapkan
dan memposisikan pasien untuk tindakan torasistesis dan memberikan dukungan
selama prosedur dilakukan.
- Karena
pleura yang kena dan akan terjadi nyeri yang hebat à pasien bantu untuk mengambil posisi yang paling sedikit
menimbulkan nyeri.
- Berikan
obat sesuai program medis.
- Pantau
fungsi system WSD, catat jumlah drainase pada interval yang diharuskan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
EMPIEMA
Pengertian :
Adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam
kavitas pleural.
Pada awalnya cairan
sedikit, dengan hitung leukosit rendah, ttp seringkali cairan berkembang ke
tahap fibropurulen yang akhirnya membungkus paru dalam membrane aksudat yg
tebal à terjadi bila abscess paru meluas sampai kavitas pleural.
Empiema bukan merupakan komplikasi lazim infeksi
paru à dapat terjadi bila pengobatan terlambat.
Manifestasi
Klinis
1. Demam, berkeringat malam,
nyeri pleural, anoreksia dan penurunan BB.
2. Auskultasi dada tidak
terdengarnya bunyi nafas, perkusi dada bunyi datar, penurunan fremitus (vibrasi
vocal terdeteksi saat palpasi).
3. Jika telah dapat
antimikroba à manifestasi klinis dapat berubah.
4. Diagnosis : Rontgen dada
& torasentesis.
Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan :
Untuk mengalirkan cairan dalam kavitas pleura
dan untuk mencapai ekspansi paru yg sempurna.
Cairan dialirkan dan dberikan antibiotika dengan
dosis besar yg sesuai berdasar organisme penyebab.
Streptokinase dapat dimasukkan ke dalam ruang
pleura untuk mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
Drainase cairan pleura tergantung tahap penyakit
dan dilakukan dengan :
·
Aspirasi jarum (torasentesis) dengan kateter perkutan yg
kecil à jika cairan tidak terlalu banyak.
·
Drainase dada tertutup menggunakan selang interkostal
dengan diameter besar yang disambungkan ke drainase water
seal (WSD).
·
Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat
pleura yang mengalami penebalan, pus, debris serta untuk mengangkat jaringan paru yg sakit di bawahnya.
Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat
dapat terjadi di atas paru dan mengganggu ekspansi normal paru à diperlukan
pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortikasi) à selang drainase
dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dikeluarkan
seluruhnya. Obliterasi komplit ruang pleural dipantau melalui rontgen dada dan
pasien beri tahu bahwa pengobatan ini perlu waktu lama.
Intervensi
Keperawatan
Kesembuhan empiema adalah proses yg panjang à Atasi kondisi
dan instruksikan latihan bernafas (pernafasan dengan bibir dirapatkan dan
diafragmatik) à membantu memulihkan fungsi pernafasan normal.
Berikan asuhan spesifik terhadap metoda drainase
cairan pleura, spt aspirasi dengan jarum, drainase dada tertutup atau reseksi
iga dan drainase.
==================================================================
DRAINASE
POSTURAL
(DRAINASE
BRONKIAL SEGMENTAL)
Adalah suatu tindakan untuk membuang sekresi
bronchial dengan cara menggunakan posisi spesifik pada
pasien yang memungkinkan gaya gravitasi.
Sekresi dari bronkiolus à mengalir ke
bronki à trakea à buang dengan membatukkan/suction.
Drainase postural : untuk menghilangkan /
mencegah obstruksi bronchial akibat akumulasi sekresi.
Pasien duduk à sekresi numpuk
bagian yang lebih rendah pada paru-paru, postural drainase : pasien dibaringkan
scr bergantian dengan posisi yg berbeda à gaya gravitasi
membantu mengalirkan sekresi jalan nafas bronchial ke bronki lanjut ke trakea à sekresi dibuang
dengan membatukkanya, sekresi akan lebih mudah keluar bantu dengan sebelumnya
menghirup agens mukolitik dan bronkodilator.
- Drainase
postural diarahkan untuk semua segmen paru,
- Sekresi
dari bronki lebih rendah dan lobus tengah mengalir lebih efektif jika
kepala lebih rendah,
- Bronki
lobus atas mengalir lebih efektif bila kepala tegak
Pasien dibaringkan dalam lima posisi :
- Satu
posisi untuk mendrainase setiap lobus.
- Kepala
lebih rendah
- Pronasi
- Lateral
kanan dan kiri
- Dan duduk
tegak.
Intervensi Keperawatan
- Waspadai
diagnosis pasien terkait dengan lobus-lobus paru pasien yang terkena,
status jantung, dan setiap deformitas structural dinding dada dan tulang belakang.
- Mengauskultasi
dada sebelum dan setelah tindakan sekaligus memberikan umpan balik tentang
efektifitas tindakan.
- Lakukan
drainse postural antara 2 – 4 kali sehari t/u sebelum makan (mencegah
mual, muntah dan aspirasi) dan saat menjelang tidur.
- Bila diprogram
berikan nebulisasi (bronkodilator & normal salin 0,9 %) sebelum drainase postural à untuk dilatasi bronkiolus, mengurangi bronkospasme, menurunkan
kekentalan lendir dan sputum dan mengatasi edema dinding bronchial.
- Pasien
dibuat senyaman mungkin pada setiap posisi.
- Siapkan
bengkok, sputum pot dan kertas tissue.
- Instruksikan
pasien tenang selama 10 – 15 menit setiap posisi dan untuk menarik dengan
lambat selalui hidung dan kemudian menghembuskan nafas dengan perlahan
dengan bibir yg dirapatkan à membantu mempertahankan jalan nafas terbuka sehingga sekresi
dapat dialirkan pada berbagai posisi.
TEKNIK
BATUK
Saat posisi batuk, pasien dinstruksikan untuk
batuk dan membuang sekresi sbb.:
- Mengambil
posisi duduk dan membungkuk sedikit ke depan karena posisi tegak
memungkinkan batuk lebih kuat.
- Bentuk
lutut dan panggul fleksi untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi
tegangan pada otot-otot abdomen ketika batuk.
- Menarik
nafas dengan lambat melalui hidung dan menghembuskan malalui bibir yang
dirapatkan beberapa kali.
- Batuk
dua kali selama tiap kali ekshalasi ketika mengkontraksi (menarik ke
dalam) abdomen dengan tajam bersamaan dengan setiap kali batuk.
- Bila
perlu membebat insisi dgn menggunakan sanggaan bantal.
Sekresi mungkin harus dihisap secara mekanis
jika pasien tidak mampu untuk batuk.
Bila selesai dilakukan catat : jumlah, warna, kekentalan
dan karakter sputum yang keluar serta tanda vital.
Berikan Oksigen selama dilakukan drainase
postural.
Jika sputum berbau busuk, lakukan drainase
postural di tempat jauh dari pasien lain, gunakan pengharum ruangan. Sebelum
pasien berbaring di TT à sikat gigi dan bilas mulut.
PERKUSI
DAN VIBRASI DADA
Perkusi =
menepuk, yang dimaksud pada bagian dada adalah upaya untuk melepaskan sekresi kental yang sulit dengan
cara dibatukkan.
Vibrasi =
pengurutan (masase) dengan getaran secara manual (tangan) pada dada atau Teknik
memberikan kompresi dan getaran manual pada dinding dada selama fase ekshalasi
pernafasan.
Perkusi dan
vibrasi à membantu melepaskan mucus yang melekat pada bronkiolus dan
bronki.
Perkusi :
- Bentuk telapak
tangan seperti mangkuk,
- Tepukkan
secara ringan pada dinding dada dalam gerakan berirama di atas segmen paru
yang sekresinya akan dialirkan.
- Pergelangan
tangan secara bergantian fleksi dan ekstensi shg dada dipukul dan ditepuk
dengan cara yang tidak menimbulkan nyeri.
- Pakaian
halus atau handuk letakkan di atas segmen dada yang ditepuk untuk mencegah
iritasi dan kemerahan kulit akibat kontak langsung.
- Perkusi
bergantian dengan vibrasi selama 3 sampai 5 menit untuk setiap posisi.
- Pasien menggunakan
pernafasan diafragma selama prosedur untuk meningkatkan relaksasi.
- Hindari
perkusi di atas selang drainase, sternum, tulang belakang, ginjal, limpha,
atau payudara.
- Hati-hati
perkusi pada lansia karena adanya osteoporosis berakibat fraktur iga.
Vibrasi adalah maneuver yg membantu untuk meningkatkan
velositas udara yang diekspirasi dari jalan nafas yg kecil, shg dapat
membebaskan mucus.
Setelah 3 atau 4 kali vibrasi pasien didorong
untuk batuk dengan menggunakan otot-otot abdomen à mengkontraksi
otot-otot abdomen meningkatkan efektivitas batuk.
Program batuk dan pembersihan sputum yang
dijadwalkan bersama dengan hidrasi akan mengurangi sputum pada pasien.
Jumlah siklus perkusi dan vibrasi diulang
tergantung pada toleransi dan respons klinis pasien à bunyi nafas
dievaluasi sebelum dan sesudah pelaksanaan prosedur.
Intervensi Keperawatan
- Sebelum
melakukan tindakan (drainase postural, perkusi dan vibrasi) pastikan
pasien dalam keadaan merasa nyaman.
- Pasien
tidak mengenakan pakaian yg ketat dan tidak selesai makan.
- Area
yang paling atas dari paru ditangani pertama kali.
- Medikasi
sesuai ketentuan diberikan untuk meredakan nyeri.
- Sebelum
perkusi dan vibrasi luka dibalut, gunakan bantal untuk menyangga sesuai
kebutuhan.
- Posisi
bervariasi, namun dofokuskan pada area yang dimaksud.
- Lakukan
tindakan.
- Bila
selesai, pasien dibantu untuk mengambil posisi yang nyaman.
- Tindakan
dihentikan jika : nyeri meningkat, nafas pendek meningkat, kelemahan,
kepala pening atau hemoptisis.
- Tindakan
dilakukan sampai pernafasan normal. Dapat memobilisasi sekresi, bunyi nafas
normal, gambaran rontgen dada normal.
#########################################################################
ATELEKTASIS
● Pengertian :
Ad/ terjadinya kolaps
alveolus, lobus atau unit paru yg lebih besar.
● Penyebab :Disebabkan o/ obstruksi
Bronkus à sumbatan mengganggu lewatnya udara ke dan dari
alveoli (normal menerima udara melalui bronkus).
Udara yg terperangkap terserap ke dalam
pemb. darah, tp udara luar tdk dapat menggantikan udara yg diserap k/ adanya
obstruksi à paru yg terisolasi kekurangan udara à ukurannya menyusut dan paru yg lain (sisanya)
mengembang berlebihan.
●
Dapat menyertai obstruksi Bronkial k/ benda asing at/ sumbatan eksudat yg
kental.
● Bisa
meningkat k/ supinasi, membalut dada k/ nyeri, depresi pernafasan k/ sedativa,
relaksan otot dan distensi abdomen.
● Yang
terjadi ak/ obstruksi Bronkial o/ sekresi à penyebab lazim “kolaps massif”,
kadang terjadi pd pasien post op & lemah tirah baring à hampir pasti mengalami depresi pernafasan kontinyu
bersamaan dgn proses pernafasan yg tdk adequat dan retensi sekresi bronkial.
● Dpt
juga terjadi ak/ tekanan pd jaringan paru yg menghambat ekspansi normal pd
inspirasi, penyebabnya : penumpukan cairan dlm toraks (effusi pleura),
pneumothoraks, pembesaran jantung, distensi perikardium o/ cairan (effusi perikardial), pertumbuhan tumor dlm thoraks, kenaikan diafragma yg mengalami perubahan tempat ke
arah atas ak/ TIA (tekanan intra abdominal).
● Yang
disebabkan o/ tekanan sering ditemukan pd pasien affusi pleura ak/ gagal
jantung at/ infeksi pleura.
Pengkajian
:
● Jika
kolaps paru terjadi scr mendadak dan jika mengenai sejumlah besar jaringan paru
à diperkirakan : dispnea berat, sianosis, prostasi,
nyeri pleura, takhikardia dan demam à umum.
● Ps
duduk tegak di TT, cemas, sulit bernafas. Dinding dada pd sisi yang sakit
sedikit bergerak (jika dpt bergerak), pengembangan berlebihan pd sisi yg
berlawanan.
Penatalaksaan
:
● Tujuan :
Memperbaiki ventilasi dan
membuang sekresi, jika atelektasis terjadi sbg ak/ effusi pleura atau tekanan
pneumothoraks à cairan atau udara dibuang dgn
aspirasi jarum, jika penyebabnya obstruksi bronkial à obstruksi hrs dihilangkan u/memungkinkan udara
memasuki kembali bagian paru.
● Jika
tindakan tidak berhasil u/ menghilangkan obstruksi à Bronkoskopi. Intubasi endotrakeal dan ventilasi
mekanik mungkin perlu.
Pencegahan :
●
Untuk mencegah obstruksi à aspirasi sekresi, mendorong pasien
batuk, gunakan nebulizer aerosol, postural drainase & perkusi dada. Program
perubahan posisi à merangsang batuk, b/p psn diambulasi à membantu mobilisasi dan membersihkan sekresi.
● Psn
stupor, lemah dan sedasi à sering dirubah posisi baring di TT,
batuk dan nafas dalam tiap 2 jam à bantu mencegah dan mengatasi
atelektasis. Gunakan spirometri intensif atau nafas dalam spontan u/
meningkatkan inspirasi dan mengurangi kemungkinan penutupan jalan nafas.
●Suction
nasofaring dan nasotrakeal sangat membantu dalam merangsang pasien u/ batuk à membuang sekresi yg banyak dan kental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar